Koleksi

Flag Counter

Sabtu, 18 Januari 2014

Logika dan Iman


dakwatuna.com – Logika merupakan senjata akal manusia yang paling dibanggakannya. Dengan logika, manusia bisa menjadi menghasilkan banyak hikmah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia maupun menjadi sebuah kelemahan. Kelemahan? Ya, kelemahan. Kelemahan kaitannya dengan lemahnya iman. Bisa menjadikan iman hilang dari dadanya jika logika di atas iman mereka. Jika ada hal yang salah menurut logika dan akhirnya menyalahkan iman yang belum bisa dibuktikan. Na’udzubillah.
Logika itu terbatas. Tidak percaya? Aku buktikan. Dahulu sebelum pesawat terbang diciptakan, tidak ada yang percaya bahwa manusia bisa terbang. Bahkan Wreight Brothers dikatakan sebagai orang gila karena mereka bilang manusia bisa terbang. Dan pada saat itu tidak logis manusia bisa terbang. Namun, setelah mereka menciptakan pesawat terbang pertama, maka hal itu menjadi logis. Bagaimana? Logika terbatas kan?  Dahulu Galileo Galilei menemukan bahwa Bumi itu bentuknya bulat. Namun, hal itu bertentangan logika orang-orang pada zaman itu yang berpendapat bumi itu bentuknya datar. Dan hal-hal yang demikian berlaku juga bahwa pada orang yang bisa ke bulan, serta penemuan-penemuan yang lain.
Lalu apa kesimpulanmu?
Logika itu terbatas, sebatas bisa dibuktikan terlebih dahulu, sebatas bisa digapai oleh panca indera. Ya kan?
Bisa berbahaya jika berkaitan dengan Iman. Karena Iman itu keyakinan tanpa perlu dibuktikan terlebih dahulu, walaupun jika bisa dibuktikan kebenarannya, itu lebih baik. Yang dimaksud penulis, Iman di sini adalah lebih ditekankan pada keimanan kebenaran Al Qur’an sebagai firman Allah SWT. Serta meyakini kebenaran segala isi yang tertulis di dalam Al Qur’an tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu, atau dipikirkan untung ruginya jika dilakukan. Walaupun sudah beberapa ayat dalam Al Qur’an dibuktikan secara ilmiah dan masuk nalar logika manusia.
Logika bisa berbahaya jika Iman lemah. Contohnya, jika ada pertanyaan-pertanyaan pemutar logika dan penggoyah iman, seperti; seperti apa wujud Allah? Bisakah Allah menciptakan batu yang sangat besar hingga Dia sendiri tidak dapat mengangkatnya? Jika setan itu diciptakan dari api, kenapa nanti disiksa di neraka yang terbuat dari api juga? Dan lain-lain. Bagaimana jika pembaca dilontarkan pertanyaan seperti itu? Hati-hati jika iman tak kuat, bisa hilang karena logika mengalahkan iman.
Iblis dan Logikanya
Hati-hati dengan logika. Karena logika pula yang membuat Iblis diusir dari surga.
Ingat kisahnya Iblis yang diusir dari surga kan?
Dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 11-18 yang artinya:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam) lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan kepada para malaikat; bersujudlah kamu kepada Adam; maka mereka pun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang sujud.”
Dalam ayat ini diceritakan Allah SWT menciptakan manusia (Adam) dan menyuruh malaikat serta iblis untuk bersujud kepada Adam. Semua malaikat langsung mematuhi-Nya tanpa banyak tanya, apa untung ruginya, apa manfaatnya. Karena mereka taat kepada Allah penciptanya, tentu saja mereka langsung melaksanakan tanpa tawar. Kecuali Iblis.
“Allah berfirman apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab, saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”
Iblis tidak mau sujud kepada Adam karena dia beralasan dia yang diciptakan dari api seharusnya lebih mulia daripada Adam yang diciptakan dari tanah liat yang kotor. Memang logis bukan? Tapi Iblis lupa yang menyuruhnya adalah Allah, dia sombong dan tidak taat. Seharusnya jika dia beriman, dia lakukan saja tanpa banyak alasan.
“Allah berfirman, turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatuhnya menyombongkan diri di dalamnya maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”
“Iblis menjawab, beri tangguhkan saya, sampai waktu mereka dibangkitkan,”
Di ayat ini, Iblis saja minta waktu sampai hari kiamat. Maksudku, Iblis saja percaya akan hari Kiamat, bagaimana manusia yang tidak percaya?
“Allah berfirman sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu”.
“(Iblis) menjawab, “karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,”
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Iblis yang sombong, merasa lebih baik daripada manusia (Adam) dan tidak patuh atas perintah Allah SWT, Iblis yang merasa iri terhadap manusia karena Allah SWT memuliakannya dengan memerintahkan malaikat termasuk iblis untuk sujud terhadapnya, menjadikan Iblis dengki terhadap manusia, tidak terima jika dia di neraka sendirian. Pastinya dia ingin rival yang didengkinya (manusia/anak cucu Adam, pen) ikut merasakan juga siksa api neraka bersamanya. Dan Iblis melakukannya hingga kiamat nanti, sekuat tenaganya, sebanyak-banyaknya manusia. Apakah kita termasuk manusia itu? Coba renungkan.
“(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.”
Saya tak habis pikir, Iblis saja yang beriman kepada Allah, maksud saya mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya, serta pernah merasakan dan melihat surga bisa terusir dan dihukum di neraka jahanam nantinya, apalagi manusia yang tidak beriman? Logikanya, bagaimana kedudukannya di mata Allah nanti?
Mungkin itulah hikmahnya, manusia yang beriman, mempercayai bahwa Allah SWT sebagai Illahnya, sangat dimuliakan kedudukannya karena melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tanpa sebelumnya pernah bertemu dengan Allah SWT, tanpa pernah sebelumnya melihat dan merasakan adanya surga di depan mata mereka. Apalagi sekarang ini, manusia yang beriman yang berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW sangat sukar dilakukan karena dianggap atau dituduh sebagai teroris (?)
Mungkin itulah hikmahnya, orang-orang kafir sangat hina kedudukannya padahal Iblis saja beriman (?) Apalagi orang kafir yang berusaha mengkafirkan mukmin? Apalagi orang munafik?
Padahal, pada saat Allah akan menciptakan Manusia untuk khalifah di bumi, para malaikat sempat khawatir akan hal itu.
Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 30, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi.”…
Semua malaikat hampir serentak menjawab mendengar kehendak Allah.
…”Ya Allah, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau.”
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)
Malaikat pun tahu manusia hanya bisa merusak bumi dan buktinya sudah kita ketahui, seperti perang, menguras sumber daya alam dan lain-lain. Dan malaikat pun membandingkan dengan diri mereka yang senantiasa taat pada Allah. Kenapa bukan malaikat saja yang menjadi khalifah di bumi? Toh, memang mereka makhluk yang sangat taat kepada Allah SWT? Dan Allah pun menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan bahwa,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Cukup beriman saja apa yang Allah perintahkan. Dan malaikat mematuhinya tanpa banyak tawar seperti Iblis. Untung saja.
Al Qur’an dan Bukti Logisnya
Penulis akhir-akhir ini, sering berdebat dengan orang-orang yang menggunakan logika dengan dikaitkan dengan Islam. Walaupun, orang-orang itu adalah muslim dan dalam hati  penulis, terkesan orang-orang tersebut seperti meragukan Islam, mengacuhkan dan tidak melaksanakan segera segala syariat yang ada. Tapi wallahu’alam, penulis berusaha berprasangka baik. Mungkin itu cara mereka memperoleh ilmu (syariat). Iman hilang lantaran jalan logika, mungkin karena kurangnya ‘ilmu (syariat) yang mereka dapatkan. Dan ‘ilmu itu ada di mana? Tentu saja ada di firman yang kita imani, yaitu Al Qur’an. Serta hadits-hadits yang shahih tentunya. Al Qur’an dari 1000 tahun yang lalu hingga sekarang, sama isinya, tak ada perubahan, tak ada titik secuilpun dalam satu huruf berkurang atau bertambah. Tak ada revisi, tak ada versi baru atau versi lama. Jelas, logis sekali jika ini firman Allah, bukan karangan manusia. Terlebih manusia yang menyampaikan yaitu Rasulullah SAW itu adalah seorang buta huruf. Logikanya seorang yang buta huruf juga tidak bisa menulis. Logis, jika Al Qur’an bukan karangan Nabi Muhammad SAW dan merupakan firman dari Allah SWT.
Jika Al Qur’an itu memang Kitabullah, pastinya berlaku kebenarannya hingga kiamat nanti kan? Bukti-bukti zaman sekarang dan akan datang pasti ada di Al Qur’an yang sudah diturunkan sejak 1000 tahun yang lalu, seharusnya begitu. Bukan sebaliknya, kitab bisa di amandemen, karena kitab yang menyesuaikan zaman. Logis kan?
Baik, berikut penulis sebutkan beberapa bukti logis (ilmiah) yang bisa dinalar manusia tentang kebenaran Al Qur’an oleh orang-orang yang menemukannya. Orang-orang tersebut justru kebanyakan bukan dari muslim, dan mereka masuk Islam karenanya.
  1. Ilustrasi - Mumi salah seorang Fir'aun Mesir. (inet)
    Ilustrasi – Mumi salah seorang Fir’aun Mesir. (inet)
    Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan Perancis. Dia menemukan sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi Fir’aun dan merupakan bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS.Yunus:92)
  2. Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya.
    Ilustrasi - Penemuan air tawar di bawah air laut yang asin. (tecdive.ru / Anatoly Beloshchin)
    Ilustrasi – Penemuan air tawar di bawah air laut yang asin. (tecdive.ru / Anatoly Beloshchin)
    Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Qur’an surat Ar-Rahman ayat 19-20 yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”. Qur’an surat Al-Furqan ayat 5 “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
  3. Ilustrasi. (almujaddidi.wordpress.com)
    Ilustrasi. (almujaddidi.wordpress.com)
    Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal. Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu shalat.
  4. Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik kemudian diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam bentuk rangkaian garis. Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.
    Ilustrasi. (inet)
    Ilustrasi. (inet)
    Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafazh Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan. Peneliti muslim ini lalu mengatakan jika temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya. Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Al-Quran dan terjemahannya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris. Selang beberapa hari setelah peristiwa itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Al-Quran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.
“Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).
Bagaimana menurut pembaca? Logis tidak? Tentu saja masih banyak penemuan-penemuan lainnya yang membuktikan kebenaran Al Qur’an yang sudah terpublish ataupun belum. Mungkin belum semua ayat yang ada di Al Qur’an sudah dibuktikan secara ilmiah. Namun ingat, Al Qur’an itu semenjak diturunkan hingga sekarang isinya tak berubah, dan tentu saja bukan karangan manusia. Sehingga jika ada satu ayat bisa dibuktikan kebenarannya tentu saja semua isinya tidak menutup kemungkinan bisa. Ya kan? Tentu kita tak perlu menjadi secerdas mereka atau mempunyai gelar professor dulu untuk meyakini bahwa Al Qur’an adalah firman Allah kan?
Pertanyaannya adalah…Jika kita sudah meyakini Al Qur’an itu benar firman Allah, maka sudah sejauh mana kita membacanya, mentadabburinya, dan mengamalkannya?
Wallahu’alam bisshawab.


Rabu, 15 Januari 2014

Senin, 12 Rabi’ul Awwal (Bagian Terakhir)



Oleh Umar Abdullah
SENIN, 12 RABI’UL AWWAL 11  H RASULULLAH MENINGGAL DUNIA
Pengiriman Pasukan  Usamah
Sekembalinya dari ibadah haji Wada’ (haji perpisahan), perhatian Rasulullah saw tertuju ke bagian utara Jazirah Arab. Nabi pun memerintahkan supaya menyiapkan sebuah pasukan besar ke daerah Syam. Pasukan ini dipimpin oleh Usamah b. Zaid b. Haritsah. Usia Usamah waktu itu masih muda, belum melampaui dua puluh tahun.
Saat Usamah dan pasukannya berangkat ke Jurf (sebuah tempat yang tidak jauh dari Medinah) dan mengadakan persiapan hendak berangkat ke Palestina, tiba-tiba Rasulullah jatuh sakit, dan sakitnya makin keras juga, Akhirnya pasukan Usamah tidak jadi berangkat.
Sakitnya Rasulullah saw ini mengkhawatirkan sahabat-sahabat beliau, karena cara hidup beliau dan ajaran-ajarannya jauh dari gejala-gejala penyakit dan akibat-akibat yang akan timbul karenanya.
Nabi mulai sakit
Rasulullah mulai merasa sakit saat berada di tempat Aisyah. Rasulullah mengeluhkan kepalanya sakit. Setelah rasa sakitnya terasa agak berkurang, ia mengunjungi isteri-isterinya seperti biasa. Tetapi kemudian sakitnya terasa kambuh lagi, dan terasa lebih keras lagi. Ketika ia sedang berada di rumah Maimunah, istrinya, Rasulullah merasa perlu mendapat perawatan. Dipanggilnya isteri-isterinya ke rumah Maimunah. Dimintanya ijin kepada mereka, bahwa ia akan dirawat di rumah Aisyah. Isteri-isterinya pun mengijinkan
Dengan berikat kepala, Rasulullah keluar sambil bertopang dalam jalannya itu kepada Ali b. Abi Talib dan kepada ‘Abbas pamannya. Rasulullah sampai di rumah Aisyah dengan kaki yang sudah terasa lemah.
Demam
Hari-hari pertama Rasulullah jatuh sakit, demamnya sudah terasa makin keras. Sungguh pun begitu, saat demamnya menurun Rasulullah pergi berjalan ke mesjid untuk memimpin shalat. Hal ini dilakukannya selama berhari-hari. Tapi tidak lebih dari shalat saja. Rasulullah sudah tidak kuat duduk bercakap-cakap dengan sahabat-sahabatnya.
Pidato Rasulullah
Mendengar gunjingan tentang diangkatnya Usamah bin Zaid sebagai panglima perang, dengan berikat kepala Rasulullah pergi ke mesjid. Setelah duduk di atas mimbar, beliau mengucapkan puji dan syukur kepada Allah, kemudian mendoakan dan memintakan ampunan buat sahabat-sahabatnya yang telah gugur di Uhud. Kemudian Rasulullah bersabda: “Saudara-saudara. Laksanakanlah keberangkatan Usama itu. Demi hidupku. Kalau kamu telah banyak bicara tentang kepemirnpinnya, tentang kepemimpinan ayahnya dulu pun juga kamu banyak bicara. Dia sudah pantas memegang pimpinan, seperti ayahnya dulu juga pantas memegang pimpinan.”
Rasulullah diam sebentar. Sementara itu orang-orang juga diam, tiada yang bicara. Kemudian Rasulullah meneruskan berkata lagi: “Seorang hamba Allah oleh Tuhan telah disuruh memilih antara dunia dan akhirat dengan apa yang ada padaNya, maka ia memilih yang ada pada Tuhan.”
Rasulullah diam lagi, dan orang-orang juga diam tidak bergerak. Tetapi Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dengan kata-kata terakhir itu adalah dirinya. Dengan perasaannya yang sangat lembut dan besarnya persahabatannya dengan Nabi, ia tak dapat menahan air mata dan menangis sambil berkata: “Tidak. Bahkan tuan akan kami tebus dengan jiwa kami dan anak-anak kami.”
Kuatir rasa terharu Abu Bakr ini akan menular kepada yang lain, Rasulullah memberi isyarat kepadanya: “Sabarlah, Abu Bakr.”
Kemudian dimintanya supaya semua pintu yang menuju ke mesjid ditutup, kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Setelah semua pintu ditutup, katanya lagi: “Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakrlah khalilku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba saatnya Tuhan mempertemukan kita.”
Ketika Rasulullah turun dari mimbar, sedianya akan kembali pulang ke rumah Aisyah, tapi ia lalu menoleh kepada orang banyak itu dan kemudian Rasulullah bersabda: “Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Anshar itu baik-baik; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Anshar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka itu orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.”
Menyuruh Abu Bakr memimpin Shalat
Keesokan harinya Rasulullah berusaha hendak bangun memimpin shalat, ternyata beliau sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah Rasulullah bersabda: “Suruh Abu Bakr memimpin orang-orang shalat.”
“Tapi Abu Bakr orang yang lembut hati, suaranya lemah dan suka menangis kalau sedang membaca Qur’an,” kata Aisyah.
Aisyah pun mengulangi kata-katanya itu. Tetapi dengan suara lebih keras Rasulullah berkata lagi, dengan sakit yang masih dirasakannya: “Sebenarnya kamu ini seperti perempuan-perempuan Yusuf. Suruhlah dia memimpin orang-orang shalat!”
Kemudian Abu Bakr datang memimpin shalat seperti diperintahkan oleh Nabi.
Rahasia Fathimah
Fatimah puteri Rasulullah setiap hari datang menengok ayahnya. Rasulullah sangat mencintai puterinya itu, cinta seorang ayah kepada anak yang hanya tinggal satu-satunya. Jika Fathimah datang menemui Nabi, beliau menyambutnya dan menciumnya, lalu didudukkannya di tempat beliau duduk. Tetapi setelah sakitnya demikian payah, puterinya itu datang menemuinya dan mencium ayahnya.
“Selamat datang, puteriku,” kata Rasulullah. Lalu didudukkannya ia disampingnya. Ada kata-kata yang dibisikkannya ketika itu, Fatimah lalu menangis. Kemudian dibisikkannya kata-kata lain Fatimah pun jadi tertawa.
Bila hal itu oleh Aisyah ditanyakan, ia menjawab: “Sebenarnya saya tidak akan membuka rahasia Rasulullah s.a.w.”
Tetapi setelah Rasul wafat, ia mengatakan, bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa ia akan meninggal oleh sakitnya sekali ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian dibisikkannya lagi, bahwa puterinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya ia tertawa. (Subhanallah)
Begitu tingginya suhu demamnya, kadang beliau sampai tak sadarkan diri.
Tujuh dinar
Rasulullah memiliki harta tujuh dinar. Khawatir bila beliau meninggal harta masih di tangan, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan.
Demam Rasulullah saw Turun
Malam Senin 12 Rabiul Awwal 11 H panas demam Rasulullah mulai turun. Sampai-sampai Rasulullah di waktu subuh keluar rumah pergi ke mesjid dengan berikat kepala dan bertopang kepada Ali b. Abi Talib dan Fadzl bin’l-’Abbas.
Abu Bakr waktu itu sedang mengimami orang-orang shalat. Melihat Nabi datang, karena rasa gembira yang luar biasa, kaum Muslimin yang sedang salat itu, hampir-hampir terpengaruh dalam shalat mereka. Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan salatnya.
Abu Bakr surut dari tempat shalatnya untuk memberikan tempat kepada Rasulullah. Tetapi Rasulullah mendorongnya dari belakang seraya katanya Pimpin terus orang shalat. Rasulullah sendiri kemudian duduk di samping Abu Bakr dan shalat sambil duduk di sebelah kanannya
Melihat tanda-tanda kesehatan Nabi yang bertambah maju, bukan main gembiranya kaum Muslimin, sampai-sampai Usama b. Zaid datang menghadap kepadanya dan minta ijin akan membawa pasukan ke Syam. Abu Bakrpun datang pula menghadap dengan mengatakan: “Rasulullah! Saya lihat tuan sekarang dengan karunia dan nikmat Tuhan sudah sehat kembali. Hari ini adalah bagian Bintu Kharija. Bolehkah saya mengunjunginya?”
Nabi pun mengijinkan. Abu Bakr segera berangkat pergi ke Sunh di luar kota Medinah – tempat tinggal isteri mudanya. Umar dan Ali juga lalu pergi dengan urusannya masing-masing. Kaum Muslimin sudah mulai terpencar-pencar lagi. Mereka semua dalam suasana suka-cita dan gembira sekali.
Rasulullah pun kembali pulang ke rumah Aisyah.
Berpulang ke rahmatullah.
Sepulang dari masjid, hari Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 H di waktu Dhuha bertepatan dengan musim panas  8 Juni 632 M Rasulullah menghadapi sakaratul maut. Rasulullah pun menghadapkan diri kepada Allah sambil berdoa, “Allahumma ya Allah! Tolonglah aku dalam sakratulmaut ini.”
Saat itu kepala Nabi berada di pangkuan Aisyah. Aisyah merasakan Rasulullah s.a.w. sudah memberat di pangkuannya. Diperhatikan air muka beliau. Ternyata pandangannya menatap ke atas seraya berkata, “Ya Kawan Tertinggi dari surga.”
Rasulullah saw wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Kekalutan Terjadi
Berita kematian Rasulullah menggemparkan. Kaum Muslimin yang sedang berada dalam mesjid sangat terkejut, sebab ketika paginya mereka melihat Nabi sudah sembuh. Umar tidak percaya Rasul wafat. Abu Bakr tiba-tiba datang. Ia terus ke rumah Aisyah tanpa menoleh lagi ke kanan-kiri. Ketika ia masuk, dilihatnya Nabi di salah satu bagian dalam rumah itu sudah diselubungi dengan burd hibara. Ia menyingkapkan selubung itu dari wajah Nabi dan setelah menciumnya ia berkata: “Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula di waktu engkau mati.”
Sesudah itu Abu Bakar keluar. Ternyata Umar masih bicara dan mau meyakinkan orang bahwa Rasulullah tidak meninggal. Orang banyak memberikan jalan kepada Abu Bakr.
“Sabar, sabarlah Umar!” katanya setelah ia berada di dekat Umar. “Dengarkan!”
Tetapi Umar tidak mau diam dan juga tidak mau mendengarkan. Ia terus bicara. Sekarang Abu Bakr menghampiri orang-orang itu seraya memberi isyarat, bahwa dia akan bicara dengan mereka. Cepat-cepat orang memenuhi seruannya itu dan Umar ditinggalkan.
Setelah mengucapkan puji syukur kepada Allah Abu Bakr berkata: “Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Tuhan, Tuhan hidup selalu tak pernah mati.”
Abu Bakr membacakan firman Allah:
“Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelum dia pun telah banyak rasul-rasul yang sudah lampau. Apabila dia mati atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang, ia tidak akan merugikan Tuhan sedikit pun. Dan Tuhan akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (TQS. 3: 144)
Setelah didengarnya Abu Bakr membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah ia yakin bahwa Rasulullah memang sudah wafat.
Pasukan Usama pun kembali ke Medinah
Sementara Abu Bakr dan Umar dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada orang datang menyampaikan berita kepada mereka, bahwa Anshar telah menggabungkan diri kepada Sa’d b. ‘Ubada, dengan menambahkan bahwa: Kalau ada masalah yang perlu diselesaikan dengan mereka, segera susullah mereka, sebelum keadaan jadi berbahaya.
Abu Bakar dan Umar pun meneruskan perjalanan sampai di Saqifa (Serambi) Banu Sa’ida.
Setelah melalui perdebatan antara golongan Anshar dan golongan Muhajirin, akhirnya Abu Bakar diangkat sebagai Khalifatur Rasul (pengganti rasul) dalam urusan pemerintahan pada hari Senin itu juga. Satu hari kemudian, yakni hari Selasa 13 Rabiul Awwal 11 H, Abu Bakr dibai’at oleh kaum muslimin sebagai Kepala Negara.
Pengurusan Jenazah Rasulullah
Sementara itu jenazah Nabi masih tetap di tempatnya di atas ranjang kematian dikelilingi oleh kerabat-kerabat dan pihak keluarga.
Selesai memberikan baiat kepada Abu Bakr orang-orang bergegas hendak menyelenggarakan pemakaman Rasulullah. Abu Bakr tampil memberikan keputusan: “Saya dengar Rasulullah s.a.w. berkata Setiap ada nabi meninggal, ia dimakamkan di tempat dia meninggal.”
Selanjutnya yang bertindak memandikan Nabi ialah keluarganya yang dekat. Yang pertama Ali b. Abi Talib, lalu ‘Abbas bin ‘Abd’l-Muttalib serta kedua puteranya, Fadzl dan Qutham serta Usama bin Zaid. Usama bin Zaid dan Syuqran, pembantu Nabi, bertindak menuangkan air sedang Ali yang memandikannya berikut baju yang dipakainya. Mereka tidak mau melepaskan baju itu dari (badan) Nabi. Mereka mendapatkan Nabi begitu harum, sehingga Ali berkata: “Demi ibu bapaku! Alangkah harumnya engkau di waktu hidup dan di waktu mati.”
Selesai dimandikan dengan mengenakan baju yang dipakainya itu, Nabi dikafani dengan tiga lapis pakaian: dua Shuhari dan satu pakaian jenis burd hibara dengan sekali dilipatkan.
Selesai penyelenggaraan dengan cara demikian, jenazah dibiarkan di tempatnya. Pintu-pintu kemudian dibuka untuk memberikan kesempatan kepada kaum Muslimin, yang memasuki tempat itu dari jurusan mesjid, untuk melepaskan pandangan perpisahan dan memberikan doa selawat kepada Nabi.
Ruangan itu telah menjadi penuh kembali tatkala kemudian Abu Bakr dan Umar masuk melakukan shalat bersama-sama Muslimin yang lain. Selesai bagian laki-laki melakukan shalat, setelah mereka keluar, masuk pula kaum wanita, dan setelah mereka, kemudian masuk pula anak-anak.
Makam Rasulullah digali menurut cara Medinah.
Ketika hari sudah senja, keluarga Nabi sudah siap menguburkannya. Mereka menunggu sampai tengah malam. Kemudian sehelai syal berwarna merah yang biasa dipakai Nabi dihamparkannya di dalam kuburan itu. Lalu beliau diturunkan dan dikebumikan ke tempatnya yang terakhir, yakni rumah ummul mu`minin Aisyah ra, oleh mereka yang telah memandikannya. Di atas itu lalu dipasang bata mentah kemudian kuburan itu ditimbun dengan tanah.
Upacara pemakaman itu terjadi pada malam Rabu 14 Rabiul awal, yakni dua hari setelah Rasul berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 H.

Selasa, 14 Januari 2014

Senin, 12 Rabi’ul Awwal (Bagian Kedua)



Oleh Umar Abdullah
SENIN 12 RABI’UL AWWAL TAHUN 1 H RASULULLAH SAW SECARA DE FACTO MENJADI KEPALA NEGARA
Setelah secara de Yure Rasulullah saw menerima kepemimpinan Madinah sebagai Kepala Negara Islam pertama melalui Bai’atul Aqabah kedua, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan Rasulullah adalah menyiapkan masyarakat Islam di Madinah yang akan membangun peradaban Islam.
Kaum muslimin dari suku Aus dan Khazraj di Madinah adalah kelompok masyarakat Islam yang siap menerapkan Islam di Madinah dan menjaga Rasulullah saw. Inilah yang disebut kaum Anshar (kaum penolong).
Kelompok kedua yang disiapkan untuk menerapkan Islam dan menjaga Rasulullah saw adalah kaum muslimin dari Makkah yang sudah diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk berhijrah ke Madinah. Kelompok inilah yag dinamakan kaum Muhajirin (kaum yang berhijrah).
Tinggal Rasulullah saw dan Abu Bakar dan sedikit kaum muslimin Makah yang belum berhijrah. Posisi Rasulullah saw sebagai kepala negara Islam tentu saja menjadi ancaman besar bagi Kafir Quraisy. Karena itu mereka berusaha membunuh Rasulullah. Rasulullah pun menyadari hal itu.
Rasulullah begitu kuat menyimpan rahasia kapan Rasulullah berhijrah. Lewat jalur mana rute beliau ke Madinah, berhenti di mana saja dan dengan siapa beliau akan melakukan perjalanan berbahaya tersebut.
Nabi Berhijrah
Rasulullah saw pun memulai manuvernya. Malam itu rumah beliau sudah dikepung para pemuda Quraisy yang akan membunuh beliau.
Beliau membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya untuk mengelabui para pemuda itu yang mengintip ke tempat tidur Nabi dari sebuah celah.
Menjelang larut malam, Rasulullah saw keluar dari rumah beliau dan menaburkan pasir ke kepala para pemuda tsb sambil membacakan
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
(TQS. Yasin [36]: 9)
Rasulullah pun lolos dari penglihatan para pemuda tsb dan menuju ke rumah Abu Bakr.
Kedua orang tersebut kemudian menempuh jalur yang diluar dugaan, yaitu ke selatan terlebih dahulu, yakni ke Gua Tsur dan menginap di dalamnya selama tiga hari.
Tiada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah, Asma, dan Aisyah ketiganya putra dan putri Abu Bakar, serta pembantu mereka ‘Amir b. Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengah Quraisy sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang pada malam harinya kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang ‘Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr’ sorenya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr keluar kembali dari tempat mereka, datang ‘Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.
Hampir saja Rasulullah saw dan Abu bakar ash-Shddiq ditemukan, ketika kafir Quraisy menuju gua tersebut.
Setelah terasa oleh Abu Bakr bahwa mereka yang mencari itu sudah mendekat ia berkata dengan berbisik: “Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat kita.”
“Abu Bakr, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya adalah Allah,” kata Rasulullah.
Rasulullah makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad berbisik di telinganya:
Laa tahzan Allaahu ma’anaa
(“Jangan bersedih hati. Allah bersama kita.”)
Allah pun memberikan pertolongan-Nya. Allah memerintahkan laba-laba menganyam sarang di lubang gua. Memerintahkan dua ekor burung dara hutan membuat sarang dan bertelur di lubang gua itu. Memerintahkan pohon tumbuh dan menjuntaikan cabangnya menutupi jalan ke lubang gua.
Kepercayaan dan iman Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan Rasul-Nya.
“Alhamdulillah, Allahuakbar!” kata Rasulullah kemudian.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.” (TQS. 8: 30)
Juga firman Allah:
“Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.” (TQS. 9: 40)
Demikianlah, jika kita menolong agama Allah, Allah pun akan menolong kita. Yakin itu!
Berangkat Ke Yathrib
Pada hari ketiga, Rasulullah saw, Abu Bakar, dan Abdullah bin ‘Uraiqit, seorang yang disewa sebagai penunjuk jalan, mulai menempuh perjalanan ke Yatsrib (nama kota sebelum berubah menjadi Madinah). Mereka bertiga menaiki unta.
Rute yang ditempuh di luar dugaan, yaitu rute yang tidak biasa ditempuh orang. Mereka ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.
Pengejaran Suraqa bin Ju’syum
Sebenarnya ada juga Kafir Quraisy yang berhasil menyusul Rasulullah saw dan Abu bakar. Namanya Suraqah b. Ju’syum. Tiga kali kudanya tersungkur. Sehingga ia ketakutan sendiri jika meneruskan rencana menangkap Rasulullah dan Abu Bakar.
Rasulullah dan Abu Bakar dan penunjuk jalannya kini berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh pasir sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas tengah hari dan berlindung dari kekerasan alam yang ada di sekitarnya, Tak ada keamanan, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu mendalam kepada Allah.
Selama tujuh hari terus-menerus mereka dalam keadaan serupa itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir.
Sampai di Banu Sahm
Ketika kedua orang itu sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan khawatir dalam hatinya mulai hilang. Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekat sekali.
Muslimin Medinah Menantikan Kedatangan Rasul
Kaum Muslimin di Madinah menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu. Ingin melihat dan mendengarkan tutur kata beliau. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihat beliau, meskipun sudah mendengar tentang keadaan dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu.
Betapa memuncaknya kerinduan penduduk kota itu ingin menyambut kedatangan Rasulullah, setelah mereka mengetahui beliau sudah hijrah dari Mekah. Setiap hari selesai shalat Subuh mereka pergi ke luar kota menanti-nantikan kedatangannya sampai pada waktu matahari terbenam dalam hari-hari musim panas.
Pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 Kenabian atau tahun 1 H bertepatan dengan 23 September 622 M  Rasulullah dan Abu Bakar sudah tiba di Quba’ - dua farsakh jauhnya dari Medinah. Di Quba` Rasulullah disambut oleh kaum muslimin di sana. Rasulullah saw datang sebagai kepala negara islam pertama secara de facto.
Empat hari beliau tinggal di tempat itu, ditemani oleh Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba’ dibangunnya.
Kemudian datang pula Ali b. Abi-Talib ke Quba setelah mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan kepada RAsulullah – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah.
Rasulullah Memasuki Medinah
Pada hari Jum’at tanggal 16 Rabi’ul Awwal tahun 1 H bertepatan dengan 27 September 622 M, Rasulullah saw dan rombongan tiba di Madinah dan shalat jumat di mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna. Kaum Muslimin masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekati beliau. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang penuh cinta, rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali shalat.
Seluruh penduduk Yathrib, baik kaum muslimin, Yahudi maupun orang-orang pagan, menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, saling berperang.
Inilah transisi sejarah yang akan mengubah sejarah dunia. Rasulullah kemudian memulai sejarah peradaban Islam dengan mendirikan masjid yang dikenal dengan nama Masjid Nabawi.
Demikianlah hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 1 H adalah awal Rasulullah secara de facto menjadi kepala negara Islam pertama.

Senin, 13 Januari 2014

Senin, 12 Rabi’ul Awwal (Bagian Pertama)


Oleh Umar Abdullah

Bukanlah sebuah kebetulan jika hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal menjadi hari dan tanggal yang bersejarah bagi umat Islam. Pada hari dan tanggal ini terjadi tiga peristiwa penting: Rasulullah saw lahir ke dunia, Rasulullah saw menjadi kepala negara, dan Rasulullah saw meninggal dunia. Tulisan kali ini sekedar untuk mengingatkan kita semua bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awwal tidak sekedar tanggal lahirnya Rasulullah saw, tetapi ada dua peristiwa yang juga sangat penting untuk diperingati, yaitu Rasulullah saw menjadi kepala negara yang menandai awal dibangunnya peradaban Islam, dan meninggalnya Rasulullah saw yang menandai era pemerintahan Islam sepeninggal beliau. Selamat mengikut tiga bagiannya.
SENIN, 12 RABI’UL AWWAL TAHUN GAJAH RASULULLAH LAHIR KE DUNIA
Nasab dan Masa Kecil Muhammad saw
Muhammad saw memiliki Nasab yang terhormat. Beliau putra Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad bin ‘Adnan bin Ismail bin Ibrahim al-Khalil as.
Dari jalur ibu, Muhammad saw adalah putra Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.
Demikianlah, dari jalur ayah dan ibu, Muhammad saw adalah keturunan Adam as yang paling mulia nasabnya.  Bagaimana pun hal ini berpengaruh pada seruan terhadap Islam. Mayoritas masyarakat Arab tidak menemukan cacat pada nasab Rasulullah saw. Bagaimanapun, hal ini membantu menciptakan kepercayaan masyarakat kepada beliau.
Muhammad saw adalah keturunan dari dua orang yang disembelih. Dua orang itu adalah Ismail bin Ibrahim dan Abdullah bin Abdul Muththalib.
Ismail adalah putra Ibrahim as. Allah SWT memerintahkan Ibrahim as agar menyembelih Ismail putranya. Ketika Ibrahim as melaksanakan perintah-Nya maka Allah SWT menggantinya dengan sembelihan yang besar. Dari Ismail inilah lahir nasab Rasulullah saw.
Adapun Abdullah adalah putra Abdul Muthalib. Ketika Abdul Muthalib kakek Rasululah saw hendak membuka Zamzam, Abdul Muthablib bernadzar, kalau dia dikaruniai sepuluh orang anak dan semuanya hidup, maka dia akan menyembelih salah satu dari mereka untuk Allah di sisi Ka’bah. Ketika dia benar-benar dikaruniai sepuluh orang anak, dia beritahukan kepada mereka tentang nadzarnya dan ia mengajak mereka agar menepati nadzarnya tsb. Mereka pun menaatinya.
Maka diundilah sepuluh anak itu dengan dadu yang telah ditulisi nama masing-masing anak. Setelah dikocok, keluarlah dadu atas nama Abdullah. Abdul Muthalib pun menggandeng tangan Abdullah dan mengambil parang, kemudian membawa Abdullah ke Patung Isaf dan Nailah untuk disembelih. Namun orang-orang Quraisy mencegahnya. Mereka menyarankan agar Abdullah ditebus dengan harta. Mereka menyarankan agar Abdul Muthalib pergi ke dukun wanita di Hijaz meminta pemecahan persoalannya. Oleh dukun tsb Abdullah disarankan untuk mengganti Abdullah dengan 10 ekor unta jika nanti yang keluar dadu atas nama Abdullah dan menambahnya 10 ekor unta lagi jika masih keluar dadu nama Abdullah. Dan seterusnya hingga keluar dadu atas nama unta.
Demikianlah saran dari dukun itu dijalankan. Hingga sepuluh kali dadu dikocok tetap keluar dadu atas nama Abdullah, hingga unta yang menjadi tebusan berjumlah 100 unta. Pada kocokan ke-11 keluarlah dadu atas nama unta. Orang-orang Quraisy yang hadir di tempat itu berkata: ”Cukup! Tuhanmu telah ridha wahai Abdul Muthalib.” Namun Abdul Muthalib berkata, ”Tidak, demi Allah, aku tidak akan berhenti sehingga aku memukul kotak dadu ini tiga kali.” Maka dipukullah kotak dadu tadi dua kali lagi, Namun yang keluar tetap dadu atas nama unta. Maka seratus unta itu pun disembelih, dan manusia dibiarkan bebas mengambilnya.
Demikianlah cara orang-orang Quraisy menjaga Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Muhammad saw. Allah menyelamatkannya dari penyembelihan. Kelak, orang-orang Quraisy merasakan nikmat kehadiran Muhammad putra Abdullah.
Abdullah yang selamat dari penyembelihan tumbuh menjadi remaja. Abdullah adalah pemuda yang tampan. Banyak gadis-gadis Qurasiy yang ingin menawarkan diri menjadi istrinya, namun Abdullah menolaknya. Abdul Muthalib kemudian melamar Aminah binti Wahab untuk menjadi istri Abdullah. Abdul Muthalib pergi bersama Abdullah ke rumah Wahab bin Abdu Manaf. Saat itu Aminah merupakan gadis termulia di Bani Zuhrah. Wahab din Abdu Manaf adalah orang yang paling baik nasabnya dan paling terhormat. Ia menikahkan Abdullah dengan Aminah putrinya. Saat menikah umur Abdullah delapan belas tahun.
Tak berapa lama menikah, Aminah mengandung. Orang-orang berkata – dan hanya Allah yang mengetahui- bahwa Aminah binti Wahab ibunda Rasulullah saw berbicara tentang dirinya, ketika ia mengandung Rasulullah saw ia bermimpi didatangi seseorang. Kemudian orang tersebut  berkata kepadanya, ”Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini. Jika engkau melahirkannya, ucapkanlah, ’Aku meminta perlindungan kepada Allah yang Maha Esa dari keburukan semua pendengki, dan berilah nama ia Muhammad.”
Ketika Aminah mengandung Rasulullah dia melihat cahaya keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia bisa melihat istana-istana Busra di Syam.
Abdullah pergi bersama rombongan pedagang Quraisy ke negeri Syam. Ketika dalam perjalanan pulang ke Makkah, Abdullah wafat di Madinah dan dimakamkan di sana di samping makam paman-pamannya dari Bani ’Adi bin Najjar. Ketika Abdullah wafat, Muhammad dalam kandungan Aminah baru berumur dua bulan.
Muhammad saw lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Dalam perhitungan kalender masehi tahun gajah bertepatan degnan tahun 570 M. Tahun tersebut dikenal sebagai Tahun Gajah (‘aamul fiil), karena pada tahun tersebut Ka’bah diserang tentara gajah Abrahah, seorang Gubernur Byzantium dari Yaman,  yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun Allah Swt, pemilik Ka’bah, menjaganya. Allah mengabadikan peristiwa ini dalam al-Qur`an surat al-Fiil
A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim. Bismillaahir rahmaanir rahiim
A lam taro kaifa fa’ala rabbuka bi ashhaabil fiil
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah.
A lam yaj ‘al kaida hum fii tadhliil
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan (Ka’bah) itu sia-sia?
Wa arsala ‘alaihim thairan abaabil
dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong
Tarmiihim bi hijaaratin min sijjil
Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar
Fa ja ‘alahum ka ashfin ma’kul
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)
Setelah melahirkan Muhammad, Aminah sang ibu menemui Abdul Muthalib, kakek Muhammad saw dan berkata, ”Telah lahir anak lelaki untukmu, untuk itu datang dan lihatlah ia.”
Ketika Abdul Muthalib datang dan melihat, Aminah bercerita kepada Abdul Muthalib tentang apa yang dialaminya di saat mengandung Muhammad saw serta apa yang dikatakan dan diperintahkan kepada dirinya, agar ia memberi nama bayinya dengan nama Muhammad.
Allah menjaga nama Muhammad dari kepopuleran. Sehingga tidak satu pun orang yang bernama Muhammad, kecuali beberapa orang di saat menjelang lahirnya Nabi saw. Pada saat itu ada enam orang anak yang bernama Muhammad, yaitu: Muhammad bin Ashbahah, Muhmmad bin Maslamah, Muhammad bin Barra’, Muhammad bin Sufyan, Muhammad bin Hamran, dan Muhammad bin Khuza’ah. Sebab di dalam kitab-kitab samawi dikabarkan bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu bernama Muhammad. Sehingga mereka oleh orang tuanya dinamai Muhammad agar anaknya kelak menjadi nabi yang selama ini mereka tunggu. Allah menjaga keenam anak yang bernama Muhammad tersebut untuk tidak mengaku sebagai nabi.
Abdul Muthalib kemudian mengambil bayi yang baru lahir itu. Lalu dia masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah ia berdiri sambil berdoa dan bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Tidak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya.

Minggu, 12 Januari 2014

MEWASPADAI ALIRAN AKI (AMANAT KEAGUNGAN ILAHI)

Tiba2 ada inbox dari temen, kalau di lingkungan.a terjangkit aliran sesat "AKI". Karena baru tau, cari2 deh di GOOGLE.COM. dan ada 1 artikel ini. 

selamat membaca.




MEWASPADAI ALIRAN AKI (AMANAT KEAGUNGAN ILAHI)
Sekarang muncul dipermukaan aliran Amanah Keagungan Ilahi [AKI] aliran ini mencoba menggabungkan semua agama sehingga anggotanya berasal dari berbagai agama. Sebenarnya aliran ini sudah dibekukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi jawa Barat nomor : R.538/P2.3/Dsb.1/11/1993 bahkan KAJATI Jabar pada poin no 9 dalam surat tersebut menyatakan “ Dengan munculnya kembali ajaran Aliran “ Amanah Keagungan Ilahi [AKI] yang disebarkan oleh Moch. Syamsu beserta para pengikutnya, dengan ini diminta kepada Kajari yang belum melarang aliran tersebut agar mengambil langkah-langkah yang mengarah kepada pelarangan/pembekuan”


Amanah Keagungan Ilahi [AKI] adalah suatu ajaran yang dikembangkan oleh Moch. Syamsu atau dikenal dengan panggilan Aki Syamsu, pada tahun 1979 Moch. Syamsu mengembangkan Aliran Kepribadian di Jawa barat yang pada saat itu Moch. Syamsu berdomisili di Bandung, Aliran Kepribadian yang dikembangkan oleh Moch. Syamsu ternyata mencampur adukan antara beberapa agama/kepercayaan bahkan melakukan  praktek ajaran Aliran Kepribadian secara bersama-sama antara pemeluk Agama Islam dengan agama/kepercayaan lainnya, Kajati Jabar telah melarang Aliran Kepribadian diseluruh jawa barat berdasar SK nomor : Kep-45/K2.3/12/1979 tanggal 4 Desember 1979.

Pada tahun 1982 Moch. Syamsu pindah ke kab. Serang dan disana mengembangkan ajaran Taqwa yang ajarannya sama dengan ajaran Aliran Kepribadian, dan Kajari Serang  melarang aliran Taqwa tersebut dengan  SK nomor : Kep-002/K.2/22-2/82 tanggal 24 Pebruari 1982

Pada tahun 1991 Moch. Syamsu kembali menyebarkan ajarannya di kab. Subang dan Purwakarta dengan menggunakan nama Amanah Keagungan Ilahi [AKI] dibantu murid-muridnya yang ternyata ajarannya tidak berbeda dengan ajaran/aliran yang dikembangkan oleh Moch. Syamsu sebelumnya, Kajari Subang dan Kajari Purwakarta telah melarang ajaran Amanah Keagungan Ilahi [AKI] masih-masing dengan SK Kajari Subang nomor : Kep-01/K2.24/Dsk.3/5/91 tanggal 1 Mei 1991, dan SK Kajari Purwakarta nomor : Kep-525/K2.20.2/Dsk.3/5/1991 tanggal 30 Mei 1991.Dan ahirnya Kajati Jabar mengeluarkan Surat nomor : R.538/P2.3/Dsb.1/11/1993.

Menghadapi Aliran AKI harus hati-hati karena mereka licin dalam berstrategi, mereka selalu memperlihatkan sebuah wirid yang bertuliskan arab dan 12 tata tertib padahal didalamnya adalah benar-benar ajarannya menyimpang dari syari’at Islam. Mereka punya PROTAP yang dijadikan seolah-olah kitab suci, PROTAP ini disusun oleh Andreas salah seorang murid Moch. Syamsu ang sekarang menggantikan posisi Moch. Syamsu karena Moch. Syamsu sudah meninggal.

Ada juga murid Moch. Syamsu yang memisahkan diri dari kepemimpinan Andreas dan tidak menggunakan PROTAP seperti AKI yang dikembangkan oleh Kurnia Wahyu di Perumahan Parahyangan Kencana kab.Bandung dia tidak menggunakan bahkan menolak PROTAP dan lebih tandas lagi dia benci pada Andreas, tetapi semua ajaran yang dikembangkannya sama dengan isi PROTAP yang disusun Andreas karena Andreas menyusun PROTAP dari semua ajaran Moch. Syamsu  yang otomatis karena satu guru ajarannya ya sama, meskipun nama berbeda seperti yang dikembanmgkan oleh Syarif di Cisaranten kota Bandung dia mengembangkan KUMNAS [Kesejahteraan Ummat Madani Nasional] karena Syarif adalah murid Moch. Syamsu maka yang dikembangkannya juga itu-itu juga, sama-sama sesatnya.

Meski sudah di larang  ternyata sampai sekarang  ajaran AKI baik namanya AKI atau nama lain masih tetap ada bahkan berkembang tidak hanya di Jawa barat tetapi sudah menembus pulau Sumatra, AKI kubu Andreas untuk pulau jawa berpusat di Bandung dengan dipimpin oleh Fargana yang oleh masyarakat sekitarnya disebut Ust. Fargana karena dia pandai menyembunyikan diri dengan aktif di masjid dan melakukan aktivitas dakwah dibalik ajaran sesatnya, untuk Sumatra berpusat di Palembang dan untuk keseluruhan berpusat di Jakarta, untuk kubu Kurnia Wahyu dan Syarif berpusat di Bandung.

Ketua Komisi Fatwa MUI Sumsel, Drs KHM Lutfi Izzuddin yang didampingi sekretaris HM Abu Dzar dalam keterangan persnya kepada wartawan di Palembang, Rabu (2/12), mengatakan, hal ini berdasarkan data dan fakta yang ditemukan karena ajaran AKI meniadakan kewajiban shalat dan puasa bagi pengikutnya. Selain itu AKI tidak menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran, melainkan hanya sebagai ajaran iman dari sumber ajaran, katanya.

Sehubungan itu MUI menetapkan ajaran AKI sesat dan menyesatkan dengan membuat surat keputusan fatwa nomor A-003/SKF/MUI-SS/XII/2009 tentang ajaran AKI. "Dengan adanya surat keputusan fatwa itu bila masyarakat mengikuti ajaran tesebut maka hukumnya haram," ujar dia.

Lebih lanjut dalam keterangan pers itu dikatakan, kepada mereka yang secara sadar atau tidak telah masuk dan mengikuti ajaran tersebut wajib segera bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Fatwa MUI juga merekomendasikan untuk menghentikan segala bentuk aktivitas ajaran sesat itu. "Kemudian mendesak seluruh lapisan masyarakat terutama tokoh agama agar turut secara aktif menghentikan perkembangan AKI yang telah beredar di daerah ini," katanya menambahkan.

Menurut dia, hal ini berdasarkan pertimbangan bila membiarkan ajaran tersebut berkembang, maka akan berakibat pada keresahan bangsa sehingga dapat mengganggu kestabilan negara. "Fatwa ajaran AKI sesat itu ditetapkan hari ini, 2 Desember 2009," kata dia.

Pendiri Amanat Keagungan Ilahi adalah R. USMAN BIN H. HARUN (R. Usman) yang kemudian dikenal dengan nama AKI Muhammad Syamsoe, lahir di Bandung 14 September 1932 dan wafat di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1995.

AKI Muhammad Syamsoe mulai menyebarkan ajaran sesat Amanat Keagungan Ilahi pada tahun 1973. Aliran sesat ini berkembang khususnya di Pulau Jawa, Sumatera.
Aliran Amanat Keagungan Ilahi Kemungkinan Besar Sesat Palembang, NU Online
Aliran Amanat Keagungan Illahi (AKI) yang tumbuh di Sumatra Selatan (Sumsel), kemungkinan besar sesat karena penyimpang dari agama Islam. Berdasarkan penelitian tim Majelis Ulama Indonesia (MUI) di lapangan AKI tersebut tidak mewajibkan pengikutnya shalat dan puasa sehingga ajaran itu menyimpang dari agama Islam, kata Ketua MUI Sumsel, Drs KHM Sodikun di Palembang, Selasa.

Bahkan, lanjut Ketua MUI Sumsel itu, masyarakat masuk AKI tersebut yang selama ini menunaikan shalat dan puasa ternyata setelah bergabung tidak lagi. Jadi aliran AKI tersebut diduga besar sesat karena tidak sesuai dengan kaedah agama Islam, ujar dia lagi.

Sehubungan itu pihaknya akan melaksanakan rapat koordinasi untuk membahas permasalahan AKI tersebut, dan bila rapat memutuskan aliran tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Islam maka akan dikeluarkan fatwanya, kata dia. Namun, lanjut dia, pihaknya tetap memberikan kesempatan kepada pengikut AKI tersebut supaya mereka kembali untuk menjalankan ibadah sesuai yang ditetapkan agama.

Bahkan, pengikut ajaran AKI itu akan diundang dan mereka nantinya diberikan penyadaran bahwa aliran tersebut tidak sesuai dengan kaedah agama Islam, ujar dia. Dikatakannya, bila pengikut AKI tersebut masih terus melaksanakan aktivitasnya maka permasalahan itu akan diserahkan kepada aparat penegak hukum.

Bedasarkan informasi, pengikut AKI tersebut saat ini sudah sekitar 200 orang yang telah menyebar di kabupaten seperti Lahat, Muara Enim dan Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), tambah dia.

Pengikut Aliran "Amanat Keagungan Ilahi" Diminta Bertaubat

Palembang (voa-islam.com) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan (Sumsel) meminta para pengikut aliran Amanat Keagungan Illahi (AKI) segera bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Hal ini disampaikan setelah dikeluarkan fatwa sesat untuk aliran ini.

MUI setempat menyatakan, berdasarkan data dan fakta yang ditemukan aliran AKI meniadakan kewajiban shalat dan puasa bagi pengikutnya. Selain itu AKI tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber ajaran.

”Kepada mereka yang secara sadar atau tidak telah masuk dan mengikuti ajaran tersebut wajib segera bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar,” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Sumsel Drs KH M. Lutfi Izzuddin, dalam keterangan pers, Rabu (2/12).

Kepada mereka yang secara sadar atau tidak telah masuk dan mengikuti ajaran tersebut wajib segera bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar...
MUI Sumsel menyatakan aliran AKI sesat dan dilarang berkembang di daerah ini dengan membuat surat keputusan fatwa nomor A-003/SKF/MUI-SS/XII/2009 tentang ajaran AKI.

Fatwa MUI juga merekomendasikan untuk menghentikan segala bentuk aktivitas ajaran sesat itu dan mendesak seluruh lapisan masyarakat terutama tokoh agama agar turut secara aktif menghentikan perkembangan AKI yang telah beredar di daerah itu.

Menurutnya, hal ini berdasarkan pertimbangan bila membiarkan ajaran tersebut berkembang, maka akan berakibat pada keresahan masyarakat sehingga dapat mengganggu kestabilan negara. Wallohu A’lam bish-Showab

BERIKUT INI  KUTIPAN SURAT KEPUTUSAN


Kutipan Surat Keputusan :

KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT
Nomor        : R-538/P2.3/Dsb.1/11/1993                   Bandung, 10 Nopember 1993
Bersifat      : Rahasia
Lampiran   : 1 (satu) berkas
Perihal       : Aliran Amanat Keagungan  Ilahi (AKI)                      
Kepada      : YTH. SDR. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI / KEPALA CABANG   KEJAKSAAN NEGRERI SE – JAWA BARAT

Sehubungan akhir-akhir ini Kajati Jabar menerima laporan dari beberapa Kajari tentang kegiatan dari Aliran Kepercayaan Amanat Keagungan Ilahi (AKI), dengan ini kami sampaikan informasi dan petunjuk-petunjuk sebagai berikut :

1.   Amanat Keagungan Ilahi (AKI) adalah suatu ajaran yang dikembangkan oleh Sdr. MOCH. SYAMSU atau biasa dikenal dengan panggilan AKI SYAMSU.

2.   Pada tahun 1979 MOCH. SYAMSU mengembangkan Aliran “Kepribadian” di Jawa Barat yang pada saat itu yang bersangkutan berdomisili di Bandung.

3.   Aliran “Kepribadian” yang berkembang oleh MOCH. SYAMSU ternyata mencapur adukan antara beberapa agama/kepercayaan yaitu antara Islam dengan Hindu dan Kong Fu Tse bahkan melakukan praktek ajaran Aliran “Kepribadian” secara bersama-sama antara pemeluk Agama Islam, agama Hindu, dan Kong Fu Tse.

4.   Kajati Jabar telah melarang Aliran “Kepribadian” di seluruh Jawa Barat berdasarkan SK Nomor : Kep-45/K2.3/12/1979 tanggal 4 Desember 1979.

5.   Pada tahun 1982 MOCH. SYAMSU pindah ke Kabupaten Serang dan disana mengembangkan ajaran “Taqwa/Amanah Keagungan Tuhan”/”Pendekatan diri kepada Allah” yang ajarannya sama dengan ajaran Aliran “Kepribadian”.

6.   Kajari Serang telah melarang aliran “Taqwa”/”Amanah Keagungan Tuhan”/”Pendekatan diri kepada Allah” berdasarkan SK Nomor : KEP-002/K.2/22-2/82 tanggal 24 Pebruari 1982.

7.   Pada tahun 1991 MOCH. SYAMSU kembali menyebarkan ajarannya di Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan nama Amanat Keagungan Ilahi (AKI) dibantu oleh murid-muridnya/pengikutnya yang ternyata ajarannya tidak berbeda dengan ajaran/aliran yang dikembangkan oleh MOCH. SYAMSU sebelumnya.

8.   Kajari Subang dan Kajari Purwakarta telah melarang ajaran Amanat Keagungan Ilahi (AKI) masing-masing dengan SK Kajari Subang Nomor : KEP-01/K2.24/Dks.3/5/91 tanggal 1 Mei 1991, dan SK Kajari Purwakarta Nomor : KEP-525/K2.20.2/Dks.3/5/1991 tanggal 30 Mei 1991.

9.   Dengan munculnya kembali ajaran Aliran “Amanat Keagungan Ilahi” (AKI) yang disebarkan oleh MOCH. SYAMSU beserta para pengikutnya, dengan ini diminta kepada Kajari yang belum melarang aliran tersebut agar mengambil langkah-langkah yang mengarah kepada pelarangan/pembekuan dengan tetap berpedoman kepada Distrubusi “W” Kejaksaan diseluruh Indonesia Nomor : B-907/D.1/7/1981 tanggal 30 Juli 1981 perihal pelarangan/pembekuan aliran kepercayaan, dan hasilnya dilaporkan dengan segera kepada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

 Demikian agar menjadi maklum.

 An. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

JAWA BARAT

ASISTEN INTELIJEN,


ttd