Yang
masuk dalam kategori pelanggaran ringan adalah perbuatan perkelahian
atau pertengkaran dengan sesama anggota, membunuh seorang budak tanpa
sebab yang bisa diterima, membunuh atau menghilangkan kuda sebagai asset
ordo, menceritakan hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan mereka
sendiri, melukai orang Kristen (bukan Muslim) tanpa sebab yang bisa
diterima, berhubungan badan dengan perempuan, mengancam akan bergabung
dengan pihak musuh (Saracen), meninggalkan posnya di malam hari,
melempar atau mencampakkan mantel Templar atau panji-panji Templar ke
tanah, meminjam asset ordo tanpa seizing pihak yang diberi wewenang, dan
sebagainya.
Jenis pelanggaran ringan ini bisa dimaafkan jika terdapat sebab yang dianggap kuat oleh komandan maupun penasihatnya. Jika pelaku sungguh-sungguh menyesali ulahnya, dan para juri menyetujuinya dan bisa menerima permintaan maaf dan penyesalannya, maka ia bisa bebas dan mendapatkan kembali mantel dan jubahnya.
Jenis pelanggaran berat juga bervariasi antara lain: membunuh orang Kristen atau sesama anggota ordo, membocorkan rahasia pertemuan maupun rapat ordo, sodomi, mengingkari iman Kristiani, berkata tidak benar atau memfitnah terhadap sesama anggota ordo atau sesama orang Kristen, meninggalkan kuil tanpa kabar dalam waktu dua hari, melarikan diri dari pertempuran saat panji-panji Templar masih berkibar atau tanpa izin pimpinan. Hukuman terberat yang dijatuhkan adalah hukuman mati. Atau bisa juga ia diusir dan dipecat dari keanggotaan ordo.
MAKNA JUBAH PUTIH SALIB MERAH
Januari 1128, dalam sebuah sidang dewan gereja di Troyes, disusunlah pedoman tingkah laku ordo Ksatria Templar yang secara resmi di masukkan menjadi ordo khusus militer. Beberapa ketentuan yang diputuskan yaitu: seluruh anggota ordo harus memotong rambut mereka hingga habis dan membiarkan janggut mereka tumbuh panjang, sehingga berbeda dengan ksatria Salib lainnya yang saat itu suka mencukur janggut mereka hingga bersih.
Pemberian makanan, minuman, pakaian, dan segala kebutuhan hidup mereka diatur dalam ketentuan yang amat ketat. Untuk pakaian, seluruh anggota ordo tersebut harus mengenakan pakaian atau jubah putih khas Templar dengan salib merah darah di dada mereka. Pakaian atau jubah putih ini memiliki arti bahwasanya para Templar adalah para Ksatria Kristus yang sebenar-benarnya, yang meninggalkan hidup yang penuh kegelapan, dan sepenuhnya menyerahkan diri dan kehidupannya bagi kejayaan Yesus Kristus dengan menjalani kehidupan yang putih dan bersih.
Di medan pertempuran atau di mana pun, para anggota Templar dilarang keras melarikan diri atau mundur jika jumlah musuh mereka kurang dari tiga kali lipat jumlahnya. Jika tertangkap musuh, para Templar juga dilarang memohon belas kasihan atau menebus diri mereka dengan uang.
Segala pedoman tingkah laku dan ketentuan di atas terlihat sangat jantan, bersih, dan berwibawa. Namun dalam kenyataannya, sejarah juga telah mencatat betapa para anggota ordo ini dalam kehidupan sehari-hari sangat bertolak-belakang dengan ketentuan tersebut bahkan gereja dan Paus sendiri tidak berkuasa menegur atau bahkan menghukum mereka.
Pertengkaran yang dalam antara Ksatria Templar dengan Ksatria Hospitaller (Knight St. John) saat kekuasaan King Baldwin IV di Yerusalem merupakan fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Banyak penulis Barat juga mendeskripsikan para Ksatria Templar ini sebagai sosok ksatria yang sombong, mau menang sendiri, licik, sekaligus pemberani dan cerdik.
GRAND MASTER KNIGHTS TEMPLAR
Daftar Grand Master Knights Templar sebenarnya ada banyak versi. Walau demikian, yang paling banyak dirujuk oleh para peneliti adalah versi yang dimulai dari Hughues de Payens (1118-1136) sampai pada Jacques de Molay (1292-1314). Inilah daftar Grand Master Knights Templar tersebut :
Commander of Kingdom of England[1] (Grand Master of England) :
——————————————
[1] www.british-history.ac.uk/report.asp?compid=35360#s3
EraMuslim
Jenis pelanggaran ringan ini bisa dimaafkan jika terdapat sebab yang dianggap kuat oleh komandan maupun penasihatnya. Jika pelaku sungguh-sungguh menyesali ulahnya, dan para juri menyetujuinya dan bisa menerima permintaan maaf dan penyesalannya, maka ia bisa bebas dan mendapatkan kembali mantel dan jubahnya.
Jenis pelanggaran berat juga bervariasi antara lain: membunuh orang Kristen atau sesama anggota ordo, membocorkan rahasia pertemuan maupun rapat ordo, sodomi, mengingkari iman Kristiani, berkata tidak benar atau memfitnah terhadap sesama anggota ordo atau sesama orang Kristen, meninggalkan kuil tanpa kabar dalam waktu dua hari, melarikan diri dari pertempuran saat panji-panji Templar masih berkibar atau tanpa izin pimpinan. Hukuman terberat yang dijatuhkan adalah hukuman mati. Atau bisa juga ia diusir dan dipecat dari keanggotaan ordo.
MAKNA JUBAH PUTIH SALIB MERAH
Januari 1128, dalam sebuah sidang dewan gereja di Troyes, disusunlah pedoman tingkah laku ordo Ksatria Templar yang secara resmi di masukkan menjadi ordo khusus militer. Beberapa ketentuan yang diputuskan yaitu: seluruh anggota ordo harus memotong rambut mereka hingga habis dan membiarkan janggut mereka tumbuh panjang, sehingga berbeda dengan ksatria Salib lainnya yang saat itu suka mencukur janggut mereka hingga bersih.
Pemberian makanan, minuman, pakaian, dan segala kebutuhan hidup mereka diatur dalam ketentuan yang amat ketat. Untuk pakaian, seluruh anggota ordo tersebut harus mengenakan pakaian atau jubah putih khas Templar dengan salib merah darah di dada mereka. Pakaian atau jubah putih ini memiliki arti bahwasanya para Templar adalah para Ksatria Kristus yang sebenar-benarnya, yang meninggalkan hidup yang penuh kegelapan, dan sepenuhnya menyerahkan diri dan kehidupannya bagi kejayaan Yesus Kristus dengan menjalani kehidupan yang putih dan bersih.
Di medan pertempuran atau di mana pun, para anggota Templar dilarang keras melarikan diri atau mundur jika jumlah musuh mereka kurang dari tiga kali lipat jumlahnya. Jika tertangkap musuh, para Templar juga dilarang memohon belas kasihan atau menebus diri mereka dengan uang.
Segala pedoman tingkah laku dan ketentuan di atas terlihat sangat jantan, bersih, dan berwibawa. Namun dalam kenyataannya, sejarah juga telah mencatat betapa para anggota ordo ini dalam kehidupan sehari-hari sangat bertolak-belakang dengan ketentuan tersebut bahkan gereja dan Paus sendiri tidak berkuasa menegur atau bahkan menghukum mereka.
Pertengkaran yang dalam antara Ksatria Templar dengan Ksatria Hospitaller (Knight St. John) saat kekuasaan King Baldwin IV di Yerusalem merupakan fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Banyak penulis Barat juga mendeskripsikan para Ksatria Templar ini sebagai sosok ksatria yang sombong, mau menang sendiri, licik, sekaligus pemberani dan cerdik.
GRAND MASTER KNIGHTS TEMPLAR
Daftar Grand Master Knights Templar sebenarnya ada banyak versi. Walau demikian, yang paling banyak dirujuk oleh para peneliti adalah versi yang dimulai dari Hughues de Payens (1118-1136) sampai pada Jacques de Molay (1292-1314). Inilah daftar Grand Master Knights Templar tersebut :
- Hughes de Payens (1118-1136)
- Robert de Craon (1136-1146)
- Everard des Barres (1146-1149)
- Bernard de Tremelay (1149-1153)
- André de Montbard (1153-1156)
- Bertrand de Blanchefort (1156-1169)
- Philippe de Milly (1169-1171)
- Odo de St Amand (1171-1179)
- Arnaud de Toroge (1179-1184)
- Gérard de Ridefort (1185-1189)
- Robert de Sablé (1191-1193)
- Gilbert Horal (1193-1200)
- Phillipe de Plessis (1201-1208)
- Guillaume de Chartres (1209-1219)
- Pedro de Montaigu (1219-1230)
- Armand de Périgord (1232-1244)
- Richard de Bures (1245-1247)
- Guillaume de Sonnac (1247-1250)
- Renaud de Vichiers (1250-1256)
- Thomas Bérard (1256-1273)
- Guillaume de Beaujeu (1273-1291)
- Thibaud Gaudin (1291-1292)
- Jacques de Molay (1292-1314)
- Hugues d’ARGENTElN
- Hoston de SAINT-OMER (1153 – 1155)
- Richard de HASTINGS (1155 – 1185)
- Geoffroy FITZSTEPHEN (1185 – 1195)
- Robert de NEUHAM (1195 – 1200)
- Thomas BERARD (1200)
- Fr. Alain (1205)
- Guillaume CADEIL (1214)
- Aimery de SAINTE-MAURE (1215 – 1219)
- Guillaume de la GRAVELLE (1220)
- Alain MARTEL (1220 – 1228)
- Fr. Aimery (1228)
- Robert de MONTFORT (1234)
- Robert de SANDFORD (1235 – 1241)
- Fr. Amblard (1250)
- Roncelin de FOS (1252 – 1259)
- Robert de SANDFORD (1259)
- Humbert de PAIRAUD (1270)
- Gui de FORESTA (1275)
- Robert de TORTEVILLE (1276)
- Henri de FAVERHAM (1277 – 1278)
- Robert de TORTEVILLE (1280)
- Gui de FORESTA (1288)
- Guillaume de TOURVII LE (1292)
- Gui de FORESTA (1293 – 1296)
- Brian le JAY (1296 – 1298)
- Guillaume de la MORE (1298 – 1307)
- Jacques de Molay (1307 – 1314)
Commander of Kingdom of England[1] (Grand Master of England) :
- Richard Mallebeench
- Geoffrey son of Stephen (1180/1185)
- Gilbert of Hogestan (1188)
- William de Newenham
- Thomas Berard (1200)
- Aymeric de St. Maur (1200, 1205,1216).
- Alan Marcell (1220 dan 1228)
- Amberaldus (1229)
- Robert Mounford (1234)
- Robert Saunforde (1231, 1232,1234,1239–40,1247)
- Rocelin de Fosse (1250, 1253)
- Paul Raymond de Pinson (1254)
- Amadeus de Morestello
- Imbert Peraut (1267, 1269)
- William de Beaulieu (1274)
- Robert Turvile (1277,1281)
- Guy de Foresta (1290, 1293, dan 1294)
- James de Molay (1297)
- Brian le Jay (1298)
- William de la More (1298)
- Guillaume 1130
- André de Montbard 1148, 1151, 1152, 1154
- Guillaume de Guirehia 1163
- Gautier 1170
- Béranger 1174, 1176
- Seiher de Mamedunc 1174
- Godechaux de Turout 1174
- Walter du Mesnil 1174
- Gérard de Ridefort 1183
- Hurson 1187
- Aimon de Ais 1190
- Reric de Cortina 1191
- Bryony Bonds 1192
- Odon 1156
- Gilbert Erail 1183
- Jean de Terric (n’a jamais été Grand-Maître) 1188
- Gerbert 1190
- William Payne 1194
- Irmengaud 1198
- Barthélemy de Moret 1240
- Pierre de Saint-Romain 1241
- Gilles 1250 (février)
- Étienne d’Outricourt 1250 (mai)
- Amaury de la Roche 1262 (mai)
- Guillaume de Montignane 1262 (decémbre)
- Simon de la Tour
- G. de Salvaing 1273
- Arnaud de Châteauneuf 1 277-1280
- Thibaud Gaudin
——————————————
[1] www.british-history.ac.uk/report.asp?compid=35360#s3
EraMuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar