Sepeninggal Nabi Musa a.s., Bani Israil yang mayoritas sudah menyeleweng dari ajaran tauhid ini kemudian menjadi semakin menjadi-jadi dalam penyelewengannya. Mereka kian serius dalam mendalami sihir dan ajaran-ajaran esoteris. Hal ini membawa mereka kepada keangkuhan intelektual di mana mereka sangat yakin bahwa mereka sungguh-sungguh merupakan bangsa pilihan Tuhan yang diciptakan untuk menguasai dunia dan manusia lainnya. Mereka adalah bangsa yang paling mulia, sedangkan orang lain di luar mereka adalah ghoyim, manusia kelas dua.
Dalam lingkaran elit suku bangsa ini yang sebenarnya telah dikutuk Allah SWT karena kesesatan dan kekeras-kepalaan dalam penentangannya terhadap ketauhidan, tumbuh satu lapisan tersendiri yang secara intens melakukan pengkajian-pengkajian ilmu-ilmu sihir, esoteris, yang dikaji dengan memakai ilmu geometri, astronomi, dan sebagainya. Merekalah para pendeta (rabi) yang kemudian menulis-ulang Taurat, menulis Talmud sebagai kitab Yahudi yang sarat dengan kesesatan, dan yang kemudian merusak isi dari Alkitab yang asli dengan penyisipan ayat dan penambahan di sana-sini serta penghapusan sejumlah ayat yang dianggap tidak sesuai dengan keyakinan mereka.
Perjalanan mereka nyaris tanpa meninggalkan jejak. Namun walau demikian, hasil karya mereka sangat mudah dirasakan. Banyak peneliti yakin, mereka berada di belakang timbulnya Perang Salib, Revolusi Inggris dan Perancis, Revolusi Bolsyewik di Rusia, Jatuhnya Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, Perang Dunia I dan II, tersanderanya Bangsa Amerika oleh The Federal Reserve, dijajahnya Bangsa Amerika oleh Neo-Con yang membawa bangsa itu ke dalam situasi yang sama sekali tidak menyenangkan: WTC 9.11, Perang Afghanistan, Perang Irak, dan entah apa lagi, di mana ratusan ribu pemuda Amerika dikirim ke berbagai front pertempuran guna mensukseskan the hidden agenda mereka. Dan banyak yang mati sia-sia.
Melihat ritual dan kepercayaan mereka yang sarat dengan ritual pemanggilan setan, lalu setelah setan itu masuk ke jasad seseorang, maka lewat medium itu setan akan memerintahkan ini dan itu, maka sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menjadi pelayan setan atau iblis. Agenda mereka adalah agenda iblis, yang senantiasa menghalangi manusia dari kebenaran, al-haq. Dan pelayan-pelayan setan ini telah masuk ke dalam berbagai organisasi, kumpulan misterius, dan bahkan rumah-rumah suci. Mereka juga berperang dengan sesamanya sehingga menimbulkan kebingungan orang banyak. Inilah misteri yang terjadi sepanjang abad.
Asal-muasal kelompok Biarawan Sion, atau Ordo Putih dalam Majelis Tinggi Kabbalah, bisa jadi merunut jauh ke masa manusia pertama di bumi ini yaitu Adam. Dalam mitologi Barat, Adam dan Eva (Islam menyebutnya: Siti Hawa) awalnya tinggal di surga (Taman Eden bagi Barat dan al-Jannah bagi umat Islam). Ketika Allah SWT memerintahkan semua mahluk untuk bersujud kepada Adam a.s., seluruh mahluk ciptaan Allah SWT ini tunduk dan segera bersujud, kecuali satu: Iblis[1]. Kepada Allah, Iblis mengutarakan pendapatnya, “Engkau menciptakan Adam dari tanah, sedangkan kami diciptakan dari Api, mengapa kami harus tunduk padanya?”
Pembangkangan Iblis ini kemudian menjadikan allah SWT murka dan memerintahkan agar Iblis segera meninggalkan surga. Sebelum pergi, Iblis berkata kepada Allah SWT agar membiarkan kaumnya untuk selalu mengganggu dan menghalangi manusia dari jalan kebenaran. Dan permintaan Iblis ini pun mendapat persetujuan.
Upaya pertama Iblis mengganggu manusia yakni dengan mengeluarkan Adam dan Eva dari surga. Caranya, ini menurut mitologi Barat, Iblis mengubah bentuknya menjadi ular dan mendekati Eva seraya membujuknya agar menyuruh Adam memakan buah Apel yang dikatakannya sebagai buah keabadian. Eva pun termakan bujuk rayu Iblis yang berbentuk ular. Eva segera menemui Adam dan membujuk Adam hingga suaminya itu memakan buah Apel tersebut. Akibatnya, Adam dan Eva diusir Tuhan keluar dari Taman Eden untuk menghabiskan sisa hidupnya di bumi. Diam-diam, Iblis pun mengikuti Adam dan Eva ‘turun’ ke bumi. Dan terus mengganggu semua keturunan Adam dan Eva ini.
Dari pasangan Adam dan Eva, manusia beranak-pinak menyebar ke seluruh bumi. Menjelajah berbagai wilayah dan menyeberangi lautan untuk mencari penghidupan. Iblis terus melancarkan misinya. Pada suatu ketika, Iblis berhasil mendekati Raja pertama di bumi ini, Raja Namrudz (atau Nimrod) yang masih keturunan dari Noah (Nabi Nuh a.s.) dari Kusy, sang anak. Raja Namrudz menjadi Raja di Babylonia dan mengangkat dirinya sebagai Tuhan yang paling perkasa, setelah melihat dan memikirkan bahwa patung-patung kayu dan batu yang disembah rakyatnya selama ini sama sekali tidak memiliki kekuatan apa-apa.
Selain menjadi raja pertama di bumi, Namrudz juga tercatat sebagai manusia pertama yang melakukan incest, mengawini ibunya sendiri, Semiramis, yang kemudian diangkatnya menjadi Ratu Langit. Namrudz sendiri mengaku sebagai orang suci dari Eden. Dalam zaman Namrudz, penyembahan terhadap matahari merupakan salah satu ritual penting. Inilah yang kemudian diadopsi berabad kemudian menjadi penyembahan Dewa Matahari yang dilakukan setiap 25 Desember dan hari Dewa Matahari menjadi hari untuk melakukan kebaktian. Hari Matahari yaitu Sun-Day (Minggu).
Lewat usaha-usaha dari Iblis inilah kemudian tumbuh satu kelompok manusia yang mempertuhankan Dewa-Dewi, bukan Allah SWT. Mereka mempertuhankan Lucifer dan menyebut diri sebagai The Brotherhood of the Snake (Ordo atau Persaudaraan Ular). Kelompok inilah yang kemudian menyebarkan pahamnya, mempertuhankan Lucifer, Dewa Matahari, dan Dewa-Dewi lainnya, ke seluruh dunia, sehingga sejarah manusia mengenal berbagai suku bangsa purba maupun modern yang memiliki ritual penyembahan terhjadap Lucifer dan Dewa Matahari (atau penyembahan terhadap Cahaya atau pun Api).
Di Mesir kita menjumpai rezim Fir’aun yang mirip sekali dengan Raja Namrudz dan memiliki banyak ritual penyembahan terhadap Dewa-Dewi dan juga Matahari. Fir’aun sendiri menyebut dirinya sebagai Raja Cahaya. Di Amerika Latin, Suku Inca dan Suku Maya, terdapat Kuil Matahari. Di Persia (Iran) terdapat ajaran Zoroaster[2] yang menyembah api.
Di Jepang ada ‘agama Shinto’ yang menyembah Dewa Matahari (Amaterasu). Di Yunani (Greek) terdapat Helios (Dewa Matahari) dengan Heliopolis sebagai ‘Kota Cahaya’. Di Timur Tengah ada Baal yang juga sebagai ‘Dewa Matahari’. Dewa Mithra sebagai Dewa Mataharinya bangsa Romawi. Dewa Surya di India. Dan hampir di setiap sudut bumi ini ada kepercayaan-kepercayaan serupa yang menuhankan Matahari atau yang sejenis yakni api atau cahaya. Inilah kerja Iblis.
Namun kesyirikan yang terjadi di Dunia Arab memang sungguh-sungguh besar dan kuat. Sebab, di sinilah awal pertama kali manusia berperadaban dan membangun peradabannya. Sebab itu, para nabi diutus untuk meluruskan keimanan manusia di wilayah ini. Nabi Ibrahim a.s. diutus untuk meluruskan umatnya yang ditipu mentah-mentah oleh Raja Namrudz. Nabi Musa a.s. berupaya meluruskan Bani Israil dan membela mereka dari Fir’aun, namun Bani Israil lebih condong kepada kesesatan dan kufur nikmat sehingga menjadi kaum yang dikutuk Allah SWT dan diharamkan Allah menginjakkan kakinya lagi di Palestina, dan sebagainya. Dan The Brotherhood of the Snake pun memiliki basis yang sangat kuat di Timur Tengah ini, antara lain di Mesir (Egypt).
Kelompok Persaudaraan Ular inilah yang diyakini berada di sekeliling Fir’aun dalam bentuk pendeta-pendeta tinggi yang menjadi Master dalam doktrin Kabbalah. Kelompok ini pula yang mengepalai Majelis Tertinggi Kabbalah yang membawahi tiga ordo: Ordo Putih, Ordo Hijau, dan Ordo Kuning. Dari Ordo Putih Kabbalah inilah, yang menekankan perjuangan politik dan kekuasaan, Ordo Sion berasal. Godfrei de Bouillon sendiri oleh sebagian peneliti diyakini merupakan seorang Kabbalis. Jika ini memang benar adanya, berarti seluruh konspirasi mereka sejak masih bernama Templar hingga kini yang bernama IMF, World Bank, Neo-Con, Judeo-Christian, dan Zionisme, seluruhnya merupakan usaha-usaha dari Iblis untuk menciptakan kerajaannya di dunia. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
[1] Iblis memiliki arti sebagai pembangkang atau yang mengingkari.
[2] Zoroaster dipimpin oleh para pendetanya yang disebut ‘Magi’. Ritual atau upacara keagamaannya disebut ‘Magus’, dan dari istilah inilah asal kata ‘Magis’. Al-Hadits menyebut kaum Zoroaster ini dengan sebutan Majusi atau kaum penyembah api. Kaum Majusi masih ada hingga kini di Iran.
EraMuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar