Pada
malam-malam gelap yang hanya diterangi cahaya bulan purnama, selama
masa pemerintahan King George III dari Inggris, anggota-anggota
Pemerintahan yang berpengaruh, para intelektual penting, dan artis-artis
terkenal, sering terlihat melintasi Sungai Thames dengan gondola yang
berjalan pelan menuju sebuah reruntuhan biara kuno di dekat
West-Wycombe. Di sana, para tokoh masyarakat ini mengenakan jubah
biarawan dan membunyikan lonceng biara yang bersuara berat. Acara
ritualnya sungguh aneh.
Setelah bersenang-senang tanpa batas dan sama sekali tidak
memperdulikan moral, mereka berdiri membuat sebuah lingkaran dan sebuah
Misa Hitam pun dilaksanakan, yakni persetubuhan yang diawali oleh
seorang perempuan ningrat dengan pemimpinnya, Sir Francis Dashwood.
Kebaktian setan ini pun berakhir pagi hari dan mereka akan mengadakan
ritual yang sama pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Mirip
dengan yang telah dilihat Sophie Neveu dalam novel The Da Vinci Code. Nama lain dari kelompok ini, seperti yang mereka akui sendiri, adalah, “Rahib-rahib St. Francis dari Medmenham.”
The Hell-Fire Club ini didirikan sekitar tahun 1719 di
London oleh Philip, Duke of Wharton (1698-1731). Saat itu usia Philip
baru 21 tahun! Philip adalah seorang Mason dan kemudian menjadi Grand Master Mason dari The Great Lodge of London
pada tahun 1722. Perkembangan Freemasonry di Inggris begitu cepat dan
tetap dalam kerahasiaan. Walau demikian, organisasi itu sudah berhasil
merekrut para tokoh masyarakat tersohor dan perlahan namun pasti
menyeret masyarakat menjauhi agamanya.
Selain Inggris, para Mason juga banyak yang kembali ke Perancis untuk
menyusun kekuatannya kembali. Dari konspirasi mereka inilah, setelah
meletus Revolusi Inggris, disusul pula dengan meletusnya Revolusi
Perancis dengan semboyan “Liberte, Egalite, en Fraternite”
(Kemerdekaan, Persamaan, dan Persaudaraan) yang sesungguhnya memiliki
arti ganda yang amat sangat menguntungkan para Mason dan Yahudi sebagai
kelompok yang di saat itu telah menguasai sisi finansial.
Kedua revolusi besar di Eropa dalam waktu yang tidak terkait jauh
sengaja dikobarkan oleh mereka untuk menghancurkan Gereja Katolik dan
bentuk negara monarki, dan mempromosikan nasionalisme. Di masa itu,
kedua negara tersebut merupakan dua negara terkuat di Eropa dan juga
dunia. Negara Amerika sendiri belum berdiri dan baru diproklamasikan
pada tahun 1776.
Dengan ‘dihantam serta direkonstruksinya’ Inggris dan Perancis, maka
konstelasi kekuatan di Eropa, dan juga dunia, akan berubah dan
menciptakan peluang-peluang yang kian besar untuk disusupi dan bahkan
dikuasai para Mason yang merupakan gabungan dari para petualang,
pengusaha, dan tokoh-tokoh Yahudi. Hal ini merupakan bagian dari
konspirasi besar para Freemason untuk menguasai dunia. Terhadap Gereja,
jika tidak bisa disusupi, maka tiada jalan lain harus dihancur-leburkan.
HIERARKI FREEMASONRY
Istilah Freemason awalnya hanya ‘Mason’ yakni sebutan untuk tukang
batu yang konon berasal dari istilah para tukang batu yang ikut
membangun Haikal Sulaiman di Yerusalem. Para Mason ini biasa berkumpul,
melepas lelah, atau menggelar pertemuan di sebuah pemondokan yang
disebut Lodge. Di kemudian hari, istilah Mason dan Lodge telah menjelma
menjadi lebih politis. Lodge menjadi tempat berkumpul orang-orang yang
tidak puas dengan kekangan indoktrinasi Gereja Katolik di abad
pertengahan di Eropa. Lodge menjadi tempat aman untuk bertukar pikiran
dengan bebas, menjadi tempat yang bebas untuk mengutarakan pendapat, dan
sebagainya.
Singkatnya, Lodge telah menjelma menjadi tempat di mana para Free-Thinkers berkumpul. Jadilah Mason kemudian menjadi Free-Mason. Para Mason yang bebas.
Ada yang berpandangan bahwa istilah Freemasonry awalnya adalah
Bluemasonry. Istilah Bluemasonry berubah menjadi Freemasonry setelah
disusupi oleh gerakan Illuminati pada abad ke-18. Menurut mereka,
Freemason awal merupakan organisasinya kaum Esenes yang berasal dari
Qumran. Kaum Esenes ini terkenal sebagai kelompok yang zuhud, cinta
damai, setia, dan sebab itu tidak aneh jika salah satu tuhan mereka
adalah Venus, Sang Dewi Cinta, yang merujuk pada istilah ‘Blue’. Itu
sebabnya, mereka bernama Bluemason.
Sebenarnya, pandangan ini berasal dari The Hiram Keys yang
ditulis oleh Knight dan Lomas, yang menyatakan bahwa Freemasonry
berasal dari suku Esenes. Peneliti lainnya, Picknett dan Prince yang
menulis The Templar Revelation menolak anggapan tersebut.
Bahkan dengan tegas mereka menyatakan masih ragu bahwa suku yang
menemukan gulungan Laut Mati adalah Esenes.
“Belum ada bukti tertulis yang memperkuat dugaan ini. Hal tersebut
masih berupa asumsi karena kebetulan ditemukan di wilayah di mana mereka
tinggal, yakni di tepi Laut Mati, suatu daerah yang banyak bukit-bukit
batu dan gua,” jelas Picknett dan Prince.
Sebenarnya, sampai sekarang belum ada yang berani memastikan apakah
Freemason dahulu sungguh-sungguh bernama Bluemason? Atau apakah sejak
awal memang bernama Freemason? Atau Bluemason merupakan salah satu faksi
dari Freemason? Atau Bluemason sesungguhnya bukanlah nama
organisasinya, melainkan nama tingkatan dalam Freemasonry, karena di
dalam organisasi ini dikenal satu tingkatan yang disebut Blue Lodge,
lantas apakah dengan demikian sebutan bagi para Mason yang masih berada
di tingkat Blue-Lodge ini disebut Bluemason?
Perbedaan istilah ini pada dasarnya tidak memiliki pengaruh banyak
pada pengkajian tentang para Mason karena esensi dari organisasi rahasia
ini tidaklah berubah.
Kesimpang-siuran nama ini, antara BlueMasonry dengan Freemasonry,
agaknya mendapat jawaban yang agak jelas dari penuturan William G. Carr,
seorang peneliti Zionisme. Menurutnya, dalam satu pertemuan yang
diadakan oleh Mayer Amshell Rothschild atau yang bergelar Rothschild I
(ayah dari kelima Rothschild yang menguasai lembaga perbankan dunia)
dengan para tokoh pemilik modal Yahudi di Frankfurt tahun 1773—tiga
tahun sebelum Amerika Serikat mengumumkan kemerdekaannya dari jajahan
Inggris dan duabelas tahun sebelum para tokoh Yahudi itu meletupkan
Revolusi Perancis—Rothschild I setelah mengevaluasi hasil-hasil dari
Revolusi Inggris, mengeluarkan sebuah dokumen yang berisi 25 butir
pandangannya tentang gejolak Eropa paska Revolusi Inggris dan dalam
menghadapi Revolusi Perancis yang akan dibuatnya.
Dalam butir ke-16 dari dokumen itu, Rothschild menyatakan bahwa
kelompoknya, yang disebut sebagai kelompok Konspirasi, harus melakukan
penyusupan ke jantung Freemason di Eropa untuk memantau sejauhmana
efektivitas organisasi itu dalam perannya mengabdi Konspirasi.
Jelas, di sini kita ketahui bahwa posisi Konspirasi lebih tinggi dan
berpengaruh dibanding Freemasonry. Dalam butir itu, Rothschild
memerintahkan agar Konspirasi mendirikan organisasi sejenis Freemasonry
lain, The Grand Eastern Lodge, yang dikelola langsung
oleh Konspirasi, yang kemudian diberi nama Bluemasonry. Rothschild juga
mengatakan bahwa semua anggota yang tergabung dalam The Bluemasonry akan
ditatar dan dididik secara khusus, agar mereka bisa berperan sebagai
propagandis yang sempurna di tengah masyarakat Gentiles (Ghoyim).[1]
Inilah asal muasal nama Bluemasonry, yakni sebagai ‘Freemasonry’ yang
lebih efektif dalam menjalankan order dari Konspirasi Yahudi
Internasional. Jadi, menurut pendapat Carr, Bluemason merupakan sebuah
organisasi yang sengaja dibuat kelompok Illuminati, untuk mengefektifkan
kelompok Freemasonry yang sudah ada, menjelang pecahnya Revolusi
Perancis.
Nama Freemasonry sebagai organisasi modern, walau tetap dalam
kerahasiaannya, diduga secara resmi mulai dipakai pada tahun 1673 dengan
jumlah anggota rahasianya 27 orang di Inggris. Namun sebuah dokumen
rahasia yang ditemukan mengungkap bahwa sesungguhnya organisasi modern
dari gerakan ini berdiri di Inggris pada tanggal 24 Juni 1717.
Gerakannya kian berkembang setelah Duke of Sussex menjadi Grand
Masternya sekaligus melepaskan segala atribut keterkaitannya dengan
Gereja.
Sebagai sebuah organisasi, Freemasonry juga memiliki
tingkatan-tingkatan atau istilahnya derajat keanggotaan. Dalam Kongres
Freemasonry di London tahun 1717 diputuskan sebuah struktur organisasi
yang tingkatan-tingkatannya menyerupai sebuah piramida yang tersusun
dari 33 lapisan (Scottish Rite atau Sekte Skotlandia) dan 13 tingkatan (York Rite atau Sekte York). (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
——————–
[1] William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia; Pustaka Alkautsar, cet.7; 2005, hal.
EraMuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar