Selain penyembahan terhadap ular yang merupakan simbolisme iblis, mereka ini juga memiliki sistem kepercayaan penyembahan terhadap Dewa Matahari. Salah satu yang terkenal di dalam sejarah yang memiliki kepercayaan terhadap Dewa Matahari adalah Raja Nimrod. Raja inilah yang membangun Menara Babel dan juga mengawini ibunya sendiri yang bernama Semiramis. Kelahiran Nimrod yang terjadi pada 25 Desember inilah yang sekarang dirayakan sebagai Hari Natal.
Selain Nimrod yang menguasai Babilonia dan menjadi induk dari sihir Kabbalah di kemudian hari, orang-orang Majusi di Persia (Iran) juga menuhankan Ahumarazda, Tuhan Matahari. Lalu ada pula Helios, sang Dewa Matahari bangsa Yunani kuno (Greek), yang secara khusus membangun sebuah kota khusus untuk menyembah Helios yaitu Heliopolis atau kota Cahaya.
Di Roma Kuno, dikenal Dewa Mithra, Dewa Matahari yang dipengaruhi sistem kepercayaan Persia. Pengikutnya disebut Mithraism. Kemudian yang tak kalah tekenalnya adalah Firaun di Mesir Kuno yang menyembah Ra, Dewa Matahari. Firaun sendiri salah satu sebutannya adalah Raja Cahaya.
Jauh di pedalaman benua Amerika, di sebelah selatannya, Suka Inca, Maya, dan Aztec, juga menyembah Dewa Matahari di mana didirikan kuil Matahari berbentuk pramida terpancung. Suku Inca menyebut Tuhan Mataharinya dengan nama Inti; Aztec menyebutnya Virachocha, dan Suku Maya menamakannya Dewa Kukulchan (Film “Apocalypto” karya Mel Gibson sedikit banyak memuat ritual pemujaan suku Maya terhadap Dewa Mataharinya ini di piramida terpenggal).
Bangsa Jepang juga punya sistem kepercayaan serupa dengan Shintoisme-nya di mana Tuhan Matahari Feminim disebut sebagai Amaterasu. Di Syiria, Tuhan Matahari disebut sebagai Adonis dan Atis. India juga punya Btara Surya, Sang Dewa Matahari.
Tuhan Ular dan Tuhan Matahari merupakan dua tonggak penting dalam memetakan sistem kepercayaan iblis dalam masa pra sejarah umat manusia di dunia ini. Walau para arkeolog sudah berusaha dengan sekuat tenaga membuat batu dan fosil “bisa berbicara”, namun tetap saja asal dan usul kelompok ini sangatlah gelap. Kita hanya dapat membuat rekaan dan menduga-duga. Dan disinilah peran kitab suci agama-agama langit untuk menerangkannya.
Lebih dari kitab suci agama langit apa pun juga, kitab suci al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang sejak ditulis hingga sekarang tetap dalam keasliannya. Tidak ada satu titik pun yang berubah, ditambah atau dihilangkan. Ini berbeda sekali dengan kitab suci lainnya semisal Alkitab.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali kisah, yang di antaranya menyebut kaum Yahudi sebagai kaum yang telah berkali-kali mengingkari ketauhidan. Bahkan kaum ini dengan terang-terangan memusuhi Taurat yang diturunkan Allah Swt kepada Musa a.s. dengan membuat sebuah ‘kitab suci‘ yang ditulisnya sendiri bernama Talmud. Kitab hitam inilah yang kelak melahirkan paham zionisme yang sangat rasis dan semuanya sesuai dengan ajaran iblis.
Sejak kaum Yahudi mengingkari Musa a.s. dan lebih mematuhi Samiri dengan patung anak sapinya yang bisa mengeluarkan suara, maka sejak itu Kaum Yahudi menjadi kaum satanik. Walau demikian Allah swt masih menyayangi mereka dan berkali-kali diutus Nabi dari golongan mereka sendiri dengan tugas mengembalikan kaum Yahudi dari kesesatan kepada ketauhidan, namun sejarah telah menorehkan tinta hitamnya tentang kaum yang satu ini hingga dunia merasa muak dan memusuhi mereka sepanjang sejarahnya.
Kabbalah dan Lahirnya Biarawan Sion
Tentang Biarawan Sion, atau Zion, kita akan mengutip buku Knights Templar Knight s of Christ (2006) dalam bab yang juga berjudul “Biarawan Sion”. Berikut salinannya:
Di halaman pertama novel The Da Vinci Code (Dan Brown), tertulis: “FAKTA… Biarawan Sion adalah organisasi nyata—sebuah masyarakat rahasia Eropa yang didirikan pada tahun 1099. Pada tahun 1975, Perpustakaan Nasional di Paris menemukan sebuah perkamen yang dikenal sebagai Les Dossiers Secrets , yang mengidentifikasi sejumlah anggota Biarawan Sion, yang mencakup nama-nama seperti Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Leonardo Da Vinci.”
Nama-nama seperti The Knights Templar, Freemasonry, dan Iluminati mungkin bagi banyak orang sudah tidak asing lagi, seperti halnya ketika kita mendengar istilah Zionisme. Namun untuk Biarawan Sion atau The Priory of Sion, istilah tersebut kuranglah popular. Sebutan Biarawan Sion baru terdengar pada abad ke-20. Wajar saja, karena yang satu ini memang gelap dan misterius. Bagai menyusur terowongan yang gelap, banyak cabang, dan tanpa ujung, makin kita masuk ke dalam, makin gelap, makin sulit memastikan, dan makin banyak yang tidak diketahui. Di antara berbagai rahasia dan misteri dunia, bisa jadi, Biarawan Sion merupakan salah satu rahasia dan misteri yang paling gelap dan paling menggelitik keingintahuan para peneliti sejarah dunia.
Segala upaya untuk menyibak kemisteriusan Biara Sion telah dilakukan. Tidak ada seorang pun yang berani memastikan apa dan bagaimana sesungguhnya organisasi purba itu bekerja dan berasal. Ada yang yang menyatakan organisasi ini didirikan sembilan tahun sebelum pasukan Salib di bawah komando Godfroi de Bouillon merebut Yerusalem dari tangan umat Islam. Ada pula yang menyatakan didirikan bertepatan dengan hari takluknya Yerusalem ke tangan pasukan salib yang pedang dan kaki-kaki kudanya masih berlumuran darah kaum Muslim dan Yahudi. Namun ada pula yang merunut jauh berabad-abad sebelumnya tatkala para Pharaoh masih berkuasa di Mesir kuno, sebelum datangnya Nabi Musa a.s.
Menurut peneliti kebanyakan, bisa jadi, Godfroi de Bouillon memang yang mendirikan ordo ini sebelum atau saat takluknya Yerusalem ke tangan pasukan salib. Namun darimana dan siapa sesungguhnya anggota ordo ini berasal? Mengapa mereka tiba-tiba muncul dan langsung tampil di pentas sejarah dunia dan sangat berkuasa, padahal tanpa latar belakang yang jelas. Siapa mereka sesungguhnya?
Kemisteriusan Biara Sion ini bertambah-tambah ketika banyak kalangan mencari tahu tentang organisasi yang satu ini, namun tidak bisa menemukan sesuatu keterangan yang bisa dianggap akurat. Sebab itu, ada pula orang yang menduga bahwa organisasi ini sebenarnya palsu dan tidak pernah ada dalam sejarah.
Terhadap tuduhan seperti ini, Dan Brown sebagai penulis The Da Vinci Code berujar filosofis, “Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di masa lampau. Hal ini sama seperti sejarah. Seperti yang dinyatakan oleh Napoleon Bonaparte, sejarah merupakan sebuah kejadian di masa lalu yang kisahnya disetujui oleh beberapa pihak. Dan pihak yang menang atau berkuasalah yang menentukan sejarah ini. Lagi-lagi saya tekankan, seberapa akuratnya sejarah itu sendiri? Seberapa benar adalah benar?”
Selain itu, kode P.S yang dipahat pada nisan Marie de Blanchefort diyakini sebagai singkatan dari Priory of Sion. Beberapa perkamen yang ditemukan pendeta Bérenger Sauniére dari pilar Gereja di Rennes-le-Château, selatan Perancis, juga mengisyaratkan hal ini. Lalu ada pula Puri Gisors dengan menara penjagaan berbentuk segi delapan. Puri Gisors ini merupakan sebuah pusat Biara Sion setelah tahun 1188. Tidak banyak memang. Tapi hal yang sedikit tentu tidak bisa menjadikan kita mengenyahkan sama sekali ‘keberadaan’ dari organisasi misterius ini. Apalagi bagi beberapa peneliti, seperti yang ditulis The Holy Blood and the Holy Grail, mereka meyakini terdapat benang merah yang cukup kuat antara Ordo Sion atau yang kemudian dikenal sebagai Biara Sion dengan Ksatria Kuil (Knights Templar), dan kemudian mereka berubah menjadi Freemasonry dan segala bentuk organisasi sejenis lainnya.
Diyakini, hal tersebut tidak berhenti sampai di sini. Mereka terus menggunakan berbagai ‘topeng’ dengan berbagai ‘nama’ dalam bekerja. Adakah Masonic Bible, Scofield Bible , Bilderberger, Judeo-Christian (atau yang juga populer dengan sebutan Kristen Zionis) , kelompok Neo-Con yang kini berkuasa di Amerika Serikat, dan bahkan kampanye gerakan liberal dunia serta feminisme merupakan buah karya mereka pada abad ke-21? Agaknya sulit memastikan hal ini, tapi mengapa secara instinktif terasa sekali pertautannya. [bersambung/Rizki Ridyasmara]
EraMuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar