Oleh Umar Abdullah
Bukanlah sebuah kebetulan jika hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal menjadi hari dan tanggal yang bersejarah bagi umat Islam. Pada hari dan tanggal ini terjadi tiga peristiwa penting: Rasulullah saw lahir ke dunia, Rasulullah saw menjadi kepala negara, dan Rasulullah saw meninggal dunia. Tulisan kali ini sekedar untuk mengingatkan kita semua bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awwal tidak sekedar tanggal lahirnya Rasulullah saw, tetapi ada dua peristiwa yang juga sangat penting untuk diperingati, yaitu Rasulullah saw menjadi kepala negara yang menandai awal dibangunnya peradaban Islam, dan meninggalnya Rasulullah saw yang menandai era pemerintahan Islam sepeninggal beliau. Selamat mengikut tiga bagiannya.
SENIN, 12 RABI’UL AWWAL TAHUN GAJAH RASULULLAH LAHIR KE DUNIA
Nasab dan Masa Kecil Muhammad saw
Muhammad saw memiliki Nasab yang terhormat. Beliau putra Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad bin ‘Adnan bin Ismail bin Ibrahim al-Khalil as.
Dari jalur ibu, Muhammad saw adalah putra Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.
Demikianlah, dari jalur ayah dan ibu, Muhammad saw adalah keturunan Adam as yang paling mulia nasabnya. Bagaimana pun hal ini berpengaruh pada seruan terhadap Islam. Mayoritas masyarakat Arab tidak menemukan cacat pada nasab Rasulullah saw. Bagaimanapun, hal ini membantu menciptakan kepercayaan masyarakat kepada beliau.
Muhammad saw adalah keturunan dari dua orang yang disembelih. Dua orang itu adalah Ismail bin Ibrahim dan Abdullah bin Abdul Muththalib.
Ismail adalah putra Ibrahim as. Allah SWT memerintahkan Ibrahim as agar menyembelih Ismail putranya. Ketika Ibrahim as melaksanakan perintah-Nya maka Allah SWT menggantinya dengan sembelihan yang besar. Dari Ismail inilah lahir nasab Rasulullah saw.
Adapun Abdullah adalah putra Abdul Muthalib. Ketika Abdul Muthalib kakek Rasululah saw hendak membuka Zamzam, Abdul Muthablib bernadzar, kalau dia dikaruniai sepuluh orang anak dan semuanya hidup, maka dia akan menyembelih salah satu dari mereka untuk Allah di sisi Ka’bah. Ketika dia benar-benar dikaruniai sepuluh orang anak, dia beritahukan kepada mereka tentang nadzarnya dan ia mengajak mereka agar menepati nadzarnya tsb. Mereka pun menaatinya.
Maka diundilah sepuluh anak itu dengan dadu yang telah ditulisi nama masing-masing anak. Setelah dikocok, keluarlah dadu atas nama Abdullah. Abdul Muthalib pun menggandeng tangan Abdullah dan mengambil parang, kemudian membawa Abdullah ke Patung Isaf dan Nailah untuk disembelih. Namun orang-orang Quraisy mencegahnya. Mereka menyarankan agar Abdullah ditebus dengan harta. Mereka menyarankan agar Abdul Muthalib pergi ke dukun wanita di Hijaz meminta pemecahan persoalannya. Oleh dukun tsb Abdullah disarankan untuk mengganti Abdullah dengan 10 ekor unta jika nanti yang keluar dadu atas nama Abdullah dan menambahnya 10 ekor unta lagi jika masih keluar dadu nama Abdullah. Dan seterusnya hingga keluar dadu atas nama unta.
Demikianlah saran dari dukun itu dijalankan. Hingga sepuluh kali dadu dikocok tetap keluar dadu atas nama Abdullah, hingga unta yang menjadi tebusan berjumlah 100 unta. Pada kocokan ke-11 keluarlah dadu atas nama unta. Orang-orang Quraisy yang hadir di tempat itu berkata: ”Cukup! Tuhanmu telah ridha wahai Abdul Muthalib.” Namun Abdul Muthalib berkata, ”Tidak, demi Allah, aku tidak akan berhenti sehingga aku memukul kotak dadu ini tiga kali.” Maka dipukullah kotak dadu tadi dua kali lagi, Namun yang keluar tetap dadu atas nama unta. Maka seratus unta itu pun disembelih, dan manusia dibiarkan bebas mengambilnya.
Demikianlah cara orang-orang Quraisy menjaga Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Muhammad saw. Allah menyelamatkannya dari penyembelihan. Kelak, orang-orang Quraisy merasakan nikmat kehadiran Muhammad putra Abdullah.
Abdullah yang selamat dari penyembelihan tumbuh menjadi remaja. Abdullah adalah pemuda yang tampan. Banyak gadis-gadis Qurasiy yang ingin menawarkan diri menjadi istrinya, namun Abdullah menolaknya. Abdul Muthalib kemudian melamar Aminah binti Wahab untuk menjadi istri Abdullah. Abdul Muthalib pergi bersama Abdullah ke rumah Wahab bin Abdu Manaf. Saat itu Aminah merupakan gadis termulia di Bani Zuhrah. Wahab din Abdu Manaf adalah orang yang paling baik nasabnya dan paling terhormat. Ia menikahkan Abdullah dengan Aminah putrinya. Saat menikah umur Abdullah delapan belas tahun.
Tak berapa lama menikah, Aminah mengandung. Orang-orang berkata – dan hanya Allah yang mengetahui- bahwa Aminah binti Wahab ibunda Rasulullah saw berbicara tentang dirinya, ketika ia mengandung Rasulullah saw ia bermimpi didatangi seseorang. Kemudian orang tersebut berkata kepadanya, ”Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini. Jika engkau melahirkannya, ucapkanlah, ’Aku meminta perlindungan kepada Allah yang Maha Esa dari keburukan semua pendengki, dan berilah nama ia Muhammad.”
Ketika Aminah mengandung Rasulullah dia melihat cahaya keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia bisa melihat istana-istana Busra di Syam.
Abdullah pergi bersama rombongan pedagang Quraisy ke negeri Syam. Ketika dalam perjalanan pulang ke Makkah, Abdullah wafat di Madinah dan dimakamkan di sana di samping makam paman-pamannya dari Bani ’Adi bin Najjar. Ketika Abdullah wafat, Muhammad dalam kandungan Aminah baru berumur dua bulan.
Muhammad saw lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Dalam perhitungan kalender masehi tahun gajah bertepatan degnan tahun 570 M. Tahun tersebut dikenal sebagai Tahun Gajah (‘aamul fiil), karena pada tahun tersebut Ka’bah diserang tentara gajah Abrahah, seorang Gubernur Byzantium dari Yaman, yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun Allah Swt, pemilik Ka’bah, menjaganya. Allah mengabadikan peristiwa ini dalam al-Qur`an surat al-Fiil
A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim. Bismillaahir rahmaanir rahiim
A lam taro kaifa fa’ala rabbuka bi ashhaabil fiil
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah.
A lam yaj ‘al kaida hum fii tadhliil
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan (Ka’bah) itu sia-sia?
Wa arsala ‘alaihim thairan abaabil
dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong
Tarmiihim bi hijaaratin min sijjil
Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar
Fa ja ‘alahum ka ashfin ma’kul
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)
Setelah melahirkan Muhammad, Aminah sang ibu menemui Abdul Muthalib, kakek Muhammad saw dan berkata, ”Telah lahir anak lelaki untukmu, untuk itu datang dan lihatlah ia.”
Ketika Abdul Muthalib datang dan melihat, Aminah bercerita kepada Abdul Muthalib tentang apa yang dialaminya di saat mengandung Muhammad saw serta apa yang dikatakan dan diperintahkan kepada dirinya, agar ia memberi nama bayinya dengan nama Muhammad.
Allah menjaga nama Muhammad dari kepopuleran. Sehingga tidak satu pun orang yang bernama Muhammad, kecuali beberapa orang di saat menjelang lahirnya Nabi saw. Pada saat itu ada enam orang anak yang bernama Muhammad, yaitu: Muhammad bin Ashbahah, Muhmmad bin Maslamah, Muhammad bin Barra’, Muhammad bin Sufyan, Muhammad bin Hamran, dan Muhammad bin Khuza’ah. Sebab di dalam kitab-kitab samawi dikabarkan bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu bernama Muhammad. Sehingga mereka oleh orang tuanya dinamai Muhammad agar anaknya kelak menjadi nabi yang selama ini mereka tunggu. Allah menjaga keenam anak yang bernama Muhammad tersebut untuk tidak mengaku sebagai nabi.
Abdul Muthalib kemudian mengambil bayi yang baru lahir itu. Lalu dia masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah ia berdiri sambil berdoa dan bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Tidak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar