MediaIslam.com – Terjagalnya Khilafah tanpa daya pada bulan 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M bukanlah terjadi dengan sekejap mata. Sebagaimana kebaikan yang perlu proses untuk terjadinya, keburukan pun demikian, membutuhkan proses. Mustafa Kemal Ataturk menjagal Khilafah juga bukan proses sekejap, perlu proses yang panjang. Proses itu dimulai ketika pada awal abad ke-19 M kaum muslimin mulai meninggalkan al-Qur`an dan as-Sunnah untuk memecahkan masalah-masalah mereka, dan tertarik dengan ideologi Liberal yang menggiurkan nafsu manusia.
Liberalisasi di Eropa Barat
Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.
Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon ”Liberte, Egalite, dan Fraternite”. Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme
Sementara itu, Khilafah Turki Utsmani masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil ari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring.
Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Mentrinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.
Mustafa Lahir
Pada kondisi Khilafah sedang sakit ideologi inilah Mustafa Kemal Atatürk yang akan menjadi penjagal Khilafah dilahirkan. Tepatnya tanggal 12 Maret 1881. Nama aslinya Mustafa. Ia dilahirkan di Salonika (sekarang di Yunani). Saat itu Yunani berada di dalam wilayah Khilafah Turki Utsmani. Ayah Mustafa bernama Ali Riza yang meninggal saat putranya berumur 7 tahun. Ibu Mustafa bernama Zubeyde Hanim, seorang muslimah taat yang berharap Mustafa menjadi ulama yang faqih.
Namun Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak melawan segala bentuk peraturan. Ia kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri.
Akhirnya pada usia dua belas tahun Mustafa dimasukkan ke akademi militer di Salonika. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet.
Di militer, nampaknya Mustafa menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya “Kemal” yang berarti kesempurnaan. Sejak itu ia panggil Mustafa Kemal.
Mustafa Dicekoki Ideologi Liberal
Pada usia 14 tahun, Mustafa Kemal pindah ke sebuah akademi di Monastir.
Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar, menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Mustafa Kemal senang minum-minuman keras.
Dalam pergaulan, Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang sengaja ”menangkapnya”. Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang bernama Fethi. Keduanya diajari buku-buku karya pemikir-pemikir liberal seperti Voltaire, Rousseau, Thomas Hobbes, dan John Stuart Mill, serta buku-buku lainnya. Hingga akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.
Mustafa Kemal kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota yang telah mengalami Westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras, bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik.
Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, Mustafa lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.
Mustafa menjadi atase militer di Sofia
Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis, yang dikenal sebagai Vatan (yang artinya Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran “liberal” yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syari’at yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.
Mustafa diundang untuk menghadiri salah satu pertemuan di sebagian rumah-rumah orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Italia dan organisasi-organisasi Freemasonry Italia. Turki Muda menjadikan perlindungan yang diberikan kepada Yahudi ini sebagai tameng. Mereka mendapat bantuan finansial dalam jumlah yang sangat besar dari berbagai pihak. (Bersambung)
Sumber Bacaan:
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Ali Muhammad Ash-Shalabi. (ad-Daulah al-‘Utsmaaniyyah ‘awaamilut tahwidh wa asbaabus suquuth. Maktabah Al-Iman). Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2003.
Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islam. Abdul Qadim Zallum. (Terjemahan How The Khilafah Destroyed. Khilafah Publication. London). Al-Izzah. Bangil. 2001.
Para Pengkhianat. Maryam Jameelah. (Terjemahan Traitrors of Islam in Islam and Modernism. www.khilafah.org). 2003. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 2003.
Rahasia Kehidupan Seksual Para Diktator Besar. Nigel Cawthorne. (Terjemahan Sex Lives of The Great Dictators. Carlton Books. London). Penerbit Alas Publishing. Yogyakarta. 2007
Sejarah Para Khalifah. Hepi Andi Bastoni. Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2008.
www.wikipedia.org (min)
Liberalisasi di Eropa Barat
Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.
Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon ”Liberte, Egalite, dan Fraternite”. Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme
Sementara itu, Khilafah Turki Utsmani masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil ari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring.
Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Mentrinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.
Mustafa Lahir
Pada kondisi Khilafah sedang sakit ideologi inilah Mustafa Kemal Atatürk yang akan menjadi penjagal Khilafah dilahirkan. Tepatnya tanggal 12 Maret 1881. Nama aslinya Mustafa. Ia dilahirkan di Salonika (sekarang di Yunani). Saat itu Yunani berada di dalam wilayah Khilafah Turki Utsmani. Ayah Mustafa bernama Ali Riza yang meninggal saat putranya berumur 7 tahun. Ibu Mustafa bernama Zubeyde Hanim, seorang muslimah taat yang berharap Mustafa menjadi ulama yang faqih.
Namun Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak melawan segala bentuk peraturan. Ia kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri.
Akhirnya pada usia dua belas tahun Mustafa dimasukkan ke akademi militer di Salonika. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet.
Di militer, nampaknya Mustafa menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya “Kemal” yang berarti kesempurnaan. Sejak itu ia panggil Mustafa Kemal.
Mustafa Dicekoki Ideologi Liberal
Pada usia 14 tahun, Mustafa Kemal pindah ke sebuah akademi di Monastir.
Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar, menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Mustafa Kemal senang minum-minuman keras.
Dalam pergaulan, Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang sengaja ”menangkapnya”. Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang bernama Fethi. Keduanya diajari buku-buku karya pemikir-pemikir liberal seperti Voltaire, Rousseau, Thomas Hobbes, dan John Stuart Mill, serta buku-buku lainnya. Hingga akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.
Mustafa Kemal kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota yang telah mengalami Westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras, bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik.
Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, Mustafa lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.
Mustafa menjadi atase militer di Sofia
Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis, yang dikenal sebagai Vatan (yang artinya Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran “liberal” yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syari’at yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.
Mustafa diundang untuk menghadiri salah satu pertemuan di sebagian rumah-rumah orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Italia dan organisasi-organisasi Freemasonry Italia. Turki Muda menjadikan perlindungan yang diberikan kepada Yahudi ini sebagai tameng. Mereka mendapat bantuan finansial dalam jumlah yang sangat besar dari berbagai pihak. (Bersambung)
Sumber Bacaan:
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Ali Muhammad Ash-Shalabi. (ad-Daulah al-‘Utsmaaniyyah ‘awaamilut tahwidh wa asbaabus suquuth. Maktabah Al-Iman). Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2003.
Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islam. Abdul Qadim Zallum. (Terjemahan How The Khilafah Destroyed. Khilafah Publication. London). Al-Izzah. Bangil. 2001.
Para Pengkhianat. Maryam Jameelah. (Terjemahan Traitrors of Islam in Islam and Modernism. www.khilafah.org). 2003. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 2003.
Rahasia Kehidupan Seksual Para Diktator Besar. Nigel Cawthorne. (Terjemahan Sex Lives of The Great Dictators. Carlton Books. London). Penerbit Alas Publishing. Yogyakarta. 2007
Sejarah Para Khalifah. Hepi Andi Bastoni. Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2008.
www.wikipedia.org (min)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar