Kisah suku Indian Amerika merupakan kisah menyedihkan dan tragis. Kisah yang terjadi di utara benua Amerika yang kini negaranya disebut Amerika Serikat sarat pelajaran. Disebutkan bagaimana para imigran Eropa saat pertama kali tiba di daratan Amerika menyebut lebih dari 20 juta warga Indian yang hidup di sana. Sementara sekarang populasi mereka tidak lebih dari 3 juta orang. Pada hakikatnya, masuknya imigran Eropa ke benua Amerika tidak memberikan manfaat apapun kecuali kesengsaraan, penderitaan dan kehancuran. Para imgran Eropa ini datang dan menjarah benua yang baru mereka temukan lalu menjajahnya. Itulah mengapa saat terjadi konflik antara penduduk asli dengan para imigran Eropa, banyak warga pribumi yang tewas.
Berdasarkan dokumen-dokumen sejarah, penduduk pribumi Amerika menyambut baik dan hangat kedatangan para imigran Eropa. Suku-suku Indian tidak pernah mengetahui betapa orang-orang Eropa selama ribuan tahun berperang di antara mereka. Oleh karenanya, saat bertemu mereka dengan senang hati dan pikiran terbuka menghadapi para imigran Eropa ini. Di sisi lain, para imigran Eropa pada mulanya berdagang dengan penduduk pribumi demi meraih keuntungan. Mereka menjual barang dagangannya seperti alat-alat rumah tangga dari tembaga, kaca berwarna dan perhiasan kepada warga Indian. Sebaliknya, penduduk pribumi menjual kulit dan hasil-hasil pertanian mereka kepada para imigran Eropa. Hubungan dagang yang tercipta ini lebih banyak terjadi di kawasan utara benua Amerika yang nantinya menjadi negara Amerika Serikat dan Kanada.
Dalam hubungan dagang ini suku Indian menjadi tuan rumah dan melayani tamunya dengan baik. Sejarah Amerika mencatat pelayanan baik suku Indian terhadap para imigran Eropa. Sebagai contoh, tahun pertama tibanya para imigran Inggris di tanah air baru bersamaan dengan musim dingin. Imigran Inggris menghadapi masalah kekurangan bahan makanan. Sedemikian sedikitnya makanan yang tersisa dan tidak cukup bagi puluhan warga Inggris, sampai-sampai sebagian dari mereka memakan daging orang yang telah meninggal demi menyelamatkan dirinya.
Dalam kondisi sulit seperti itu, warga Indian yang ada di dekat daerah tempat tinggal mereka tiba dan membawakan makanan dan pakaian hangat. Bantuan yang diberikan oleh warga Indian ini telah mengubah jalannya sejarah. Sebagian sejarawan berkeyakinan bila seluruh imigran Inggris itu tewas akibat diserang hawa musim dingin, imperium Inggris tidak akan pernah terbentuk di benua Amerika. Warga Inggris yang selamat dari kematian beberapa waktu setelah itu justru menembak dan membunuh tuah rumah yang telah berbelas kasih menolong mereka. Tidak cukup warga Indian yang membantu mereka, tapi para imigran Inggris ini membantai jutaan warga Indian lainnya. Kini hari dimana para imigran Inggris selamat dari musim dingin waktu itu dirayakan sebagai Hari Terima Kasih di Amerika dan Kanada. Padahal, hari itu juga dimulainya periode pembantaian massal warga Indian.
Dokumen-dokumen sejarah menunjukkan tragedy kemanusiaan yang terjadi di bagian tengah dan selatan benua Amerika lebih ketimbang yang dilakukan para imigran Eropa di utara benua ini. Hal ini dikarenakan warga pribumi benua Amerika terkonsentrasi di tengah dan selatan. Sementara mereka hidup di bagian utara benua ini secara terpencar dan nomaden. Di daerah Meksiko dan Peru saat ini banyak kota yang maju dan kaya. Para imigran Spanyol yang menjadi imigran Eropa pertama yang tiba di benua Eropa langsung menuju bagian tengah dan selatan benua Amerika.
Pada tahun 1518, imperium Spanyol mengirimkan seorang komandan paling haus darahnya ke benua Amerika untuk menemukan daerah baru. Herman Cortes bersama 600 tentara tiba di tepi pantai daerah yang kemudian disebut Meksiko. Dengan cepat Cortes bersama tentaranya bergerak menuju ibukota imperium Aztec dan dalam perang yang tidak adil mereka berhasil mengalahkan suku Aztec. Cortes berhasil menangkap kaisar Aztec dan meminta penduduk agar memenuhi sebuah ruangan dengan emas bila ingin kaisar mereka hidup. Suku Aztec tidak tahu kalau besi berwana kuning sebagai barang yang berharga. Oleh karenanya, mereka menyerahkan semua persediaan emas tanpa ada perasaan apapun dengan harapan para imigran Spanyol ini segera kembali ke negaranya.
Namun gundukan tinggi dari emas itu telah membutakan para imigran Spanyol. Apa yang disaksikannya membuat mereka semakin rakus. Pembantaian penduduk asli dimulai berbarengan dengan aksi mereka membawa emas yang tak terkira banyaknya itu ke Eropa. Sejak itu pula setiap orang yang suka berpetualang, pencuri, dan bahkan para pelaku kriminal berusaha untuk dapat pergi ke daerah yang baru ditemukan dengan harapan dapat mengubah nasib. Selama seratus tahun, jutaan warga pribumi dibantai dan kota-kota yang maju di tengah dan selatan benua Amerika dijadikan kawasan seperti kawasan warisan sejarah ribuan tahun. Eropa dengan kekayaan yang berhasil mereka jarah di Amerika akhirnya mampu menyelamatkan diri mereka dari kemiskinan, kebodohan dan perang saudara. Fondasi Revolusi Industri yang mereka bangun berasal dari darah jutaan warga pribumi Amerika.
Suku Indian saat menerima imigran Eropa pertama yang datang ke tanah airnya menerima mereka dengan cara yang sangat baik. Bahkan berlanjutnya kehidupan para imigran Inggris di kawasan New England di Timur Laut Amerika berutang pada pertolongan suku Indian. Namun bertentangan dengan yang diharapkan oleh suku Indian, para imigran Eropa tidak datang hanya untuk berdagang, tapi diikuti oleh kerakusan dan penjarahan. Perang tidak terelakkan ketika para imigran Eropa memutuskan ingin bertani di tanah suku Indian atau memasuki daerah perburuan mereka. Para imigran Eropa memiliki senjata api dan dalam waktu yang singkat mereka dapat membantai ratusan warga Indian yang hanya bersenjatakan panah dan kampak.
Di sisi lain, warga Indian tidak tinggal diam atas perilaku para imigran Eropa terhadap mereka. Mereka bangkit melawan dan membalas serangan para imigran Eropa. Sikap keras yang ditunjukkan sebagian suku Indian membuat para imigran Eropa mulai ketakutan yang dampaknya adalah mereka menggunakan cara-cara kekerasan yang lebih sadis. Pada hakikatnya, kondisi yang terjadi di antara mereka adalah kekerasan, sehingga setiap pihak yang ada berusahan membunuh warga pihak lain lebih banyak. Perang panjang akhirnya memaksa suku Indian mundur dari tanah airnya yang berujung pada semakin banyaknya tanah mereka yang dikuasai para imigran Eropa. Padang rumput suku Indian musnah akibat perburuan hewan yang tidak terkendali. Perlahan-lahan penduduk pribumi Amerika mulai terancam kepunahan.
Selama 300 tahun terakhir, telah ditandatangani banyak perjanjian antara suku Indian dan para pendatang Eropa. Sejak pembentukan negara Amerika 230 tahun lalu, proses penandatangani perjanjjian semakin dipercepat. Pasca perang berdarah antara suku Indian dan para pendatang kulit putih, pasti dilakukan sebuah penandatangan perjanjian yang isinya penduduk asli harus menyerahkan sebagian dari tanahnya kepada para pendatang. Sebaliknya, pendatang kulit putih berjanji tidak akan meluaskan daerah kekuasaannya lagi. Tapi semua janji ini tidak pernah dilaksanakan. Para imigran kulit putih senantiasa mencari alasan untuk kembali menciptakan perang. Bahkan hanya dikarenakan lewatnya hewan milik warga suku Indian di ladang para pendatang kulit putih, segalanya berubah menjadi perang.
Senjata ampuh yang digunakan pendatang kulit putih untuk melemahkan suku Indian adalah mengobarkan perselisihan yang terjadi di antara suku-suku Indian. Mereka selalu memprovokasi satu suku agar menyerang suku Indian lainnya. Dengan demikian dalam proses pemusnahan suku Indian menjadi lebih cepat tanpa jatuh banyak korban di kalangan pendatang kulit putih. Tidak hanya itu, dengan memprovokasi satu suku Indian untuk menyerang suku yang lain, para pendatang kulit putih juga turut berperang dan merusak perjanjian yang telah ditandatangani.
Perluasan Amerika dari tepi pantai Samudera Atlantik hingga pinggiran Lautan Teduh selalu diikuti dengan mundurnya suku Indian dari tanah airnya. Masalah ekonomi dan social telah membanjiri benua Amerika dengan para imigran Eropa. Setelah berhenti sebentar di tepi pantai, para pendatang Eropa kemudian bergerak menuju pendalaman dan membangun kota-kota baru. Pembuatan rel kereta api di seluruh Amerika semakin mempercepat proses imigrasi ke Amerika dan perlahan-lahan suku Indian mundur dan mendiami kawasan keras dan kering. Hingga akhir abad ke-19, perluasan Amerika mencapai puncaknya dan seluruh tanah air suku Indian telah dikuasai oleh mereka. Selama ini, para pendatang kulit putih dengan membuat perjanjian tidak adil telah membatasi tempat tinggal warga Indian di kamp-kamp penampungan.
Sumber : (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar