Episode 4 (tamat)
Hari Ahad, tanggal 18 Jumadil Ula bertepatan dengan tangal 27 Mei 1453 M Sultan memberi wjangan kepada pasukannya dengan untuk khusyu’, membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan shalat dan perilaku-perilaku taat pada umumnya. Dia memerintahkan agar balatentaranya banyak berdoa dan merendahkan diri di hadapan Allah yang Maha Kuasa, dengan harapan semoga Alla memudahkan pembebasan Konstantinopel.
Setelah itu Sultan kembali ke kemah dan memanggil para komandannya. Sultan berpidato kepada mereka, ”Jika pembebasan Kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah saw telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dalam hadits tersebut, yaitu berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada masing-masing pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan ajaran-ajaran syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
Pada jam satu pagi hari Selasa, tanggal 20 Jumadil Ula tahun 857 H bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M serangan umum ke Konstantinopel dimulai.
Semua mujahidin menggemakan takbir.
Serangan ini dilakukan dari segala penjuru, dari laut dan darat . Para mujahid sama-sama merindukan mati syahid. Banyak diantara mereka yang menemui syahid.
Serangan dibuat bergelombang. Ketika pasukan gelombang pertama kelelahan maka mereka segera ditarik dan digantikan dengan pasukan gelombang kedua yang masih segar. Setelah berlalu dua jam, maka Sultan mengkomando pasukan kedua untuk mundur dan diganti kan pasukan ketiga untuk menyerang kota. Pasukan Byzantium dibuat kaget dengan strategi ini.
Terakhir, majulah pasukan Inkisyariyah sebuah pasukan khusus yang dipimpin Sultan. Pasukan ini menampakkan keberanian yang demikian mengagumkan dan tanpa tanding dalam pertempuran.
* * *
Setelah komandan pasukan Byzantium, Giovanni Guistiniani, terluka parah dan melarikan diri dari medan perang dengan salah satu perahu, Kaisar Konstantin sendiri yang memimpin tentara Byzantium..
Sementara itu, di sisi kota yang lain, pasukan Utsmani berhasil memasuki pagar pertahanan dan mampu menguasai beberapa benteng dan menghantam musuh di pintu gerbangAdrianopel. Di sinilah panji-panji Utsmani dikibarkan. Pasukan Islam maju laksana gelombang ke dalam kota Kontantinopel melalui pintu ini.
Tatkala melihat panji-panji Utsmani berkibar di atas benteng-benteng bagian utara kota, Kaisar Konstantin yakin bahwa kini tidak mungkin lagi mempertahankan kota. Dia segera melepaskan pakaian perangnya agar tidak dikenal. Dia pun turun dari kudanya. Dia terus berperang hingga akhirnya terbunuh di medan perang.
Kabar kematian Kaisar Konstantin berpengaruh pada meningkatnya semangat juang pasukan Utsmani dan melumernya semangat pasukan Byzantium. Pasukan Utsmani berhasil memasuki kota dari berbagai sudut. Sementara itu Pasukan Byzantium melarikan diri. Sementara kebanyakan penduduk kota berlindung di dalam gereja. Akhirnya kaummuslimin mampu menguasai kota Konstantinopel. Allahu Akbar!
* * *
Pada hari itu Sultan Muhammad al-Fatih (Sang Pembebas) berkeliling menemui pasukannya dan panglima-panglima perangnya dengan selalu mengucapkan ”Masya Allah”. Sultan berkata kepada pasukannya, ”Kalian telah menjadi orang-orang yang mampu membebaskan Kota Konstantinopel yang telah Rasulullah kabarkan.” Sultan memerintahkan pasukannya untuk berlaku lembut kepada semua manusia dan berbuat baik kepada mereka. Kemudian Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya dan bersujud kepada Allah di atas tanah sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri di hadapan Allah. Alhamdulillah.
* * *
Demikianlah, kisah Pembebasan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 M. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini.
Yang pertama, kisah ini makin menguatkan keyakinan kita akan terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan dialami oleh umat Islam dalam banyak hadits Rasulullah saw yang lain, seperti akan kembalinya Islam sekali lagi meminpin peradaban dunia menjelang hari Kiamat.
Yang kedua, kisah ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa peristiwa yang dikabarkan dalam sebuah hadits ternyata hanya bisa diwujudkan dengan perjuangan dan pengorbanan yang tiada tara, bukan dengan kebetulan atau datang dengan sendirinya tanpa usaha.
Yang ketiga, di tengah-tengah perjuangan ternyata ada juga pihak-pihak yang justru melemahkan semangat perjuangan. Maka beruntunglah jika masih ada orang-orang yang tetap menjaga jalan dan semangat perjuangan itu.
Dan satu hal lagi, pewujud janji Rasulullah tsb ternyata dilakukan oleh muslim dari bangsa selain bangsa Arab, yakni oleh bangsa Turki yang masih keturunan bangsa Mongol. Artinya, bangsa Indonesia yang bukan bangsa Arab pun punya kesempatan untuk menjadi pewujud janji Rasulullah saw. [Umar Abdullah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar